MENELADAN kesabaran Siti Hajar ketika berada di tempat yang benar-benar gersang. Dalam hidup, kita tidak lepas dari cobaan dan ujian.
Kegagalan, kehilangan, dikhianati, kesulitan bahkan kekayaan dan cinta pun adalah cobaan juga ujian dari Allah. Sebaik-baiknya bekal dalam menghadapi segala cobaan dan ujian adalah kesabaran.
Baca Juga: Yakinlah, Sabar Ada Ganjarannya
Meneladan Kesabaran Siti Hajar
“Maka bersabarlah kamu dengan kesabaran yang baik.” (Al-Maarij : ayat 5)
Shobrun Jamil atau kesabaran yang baik adalah kesabaran yang tidak disertai dengan keluhan kepada sesama manusia, tidak menceritakan derita yang dialami, dan tidak pula merasa dirinya lebih baik dari yang lain.
Sabar juga bukan berarti pasrah tanpa berbuat apapun. Kita perlu mencontoh ibunda Hajar. Karena kecemburuan istri pertamanya, Sarah, Nabi Ibrahim AS memutuskan untuk membawa Hajar ke tempat yang jauh yaitu Baitul Haram.
Siti Hajar bersama Ismail buah hatinya dibawa menuju ke suatu lembah yang tiada rumput maupun tumbuhan sekali pun di sana. Tak ada juga air atau tanda-tanda kehidupan di sana.
Setelah berada di atas lembah, Nabi Ibrahim meninggalkan keduanya. Sebuah riwayat juga menceritakan bahwa Ibrahim tak menoleh sekali pun kepada Siti Hajar meski perempuan itu menangis dan terus memanggil namanya.
Semakin jauh Ibrahim meninggalkannya, Hajar lalu mengejar suaminya dan mengatakan, “Apakah Allah yang memerintahkan kepadamu untuk melakukan ini?.” “Benar” jawab Ibrahim.
“Kalau Allah yang memerintahkan demikian ini, niscaya Dia tidak akan menyia-nyiakan kami,” ungkap Hajar. Peristiwa ini adalah bukti kesabaran Hajar yang pertama.
Saat Ibrahim tak lagi kelihatan, Hajar memandang semua wilayah di lembah, kosong, gersang dan sangat panas.
Wanita berhati mulia ini pun berlari dari bukit Shafaa ke bukit Marwa sebanyak tujuh kali untuk mencari perbekalan dan berharap bertemu sufi yang akan membantunya. Sayang, ia tidak menemukan apapun.
Hajar berlari dari Shaafa ke Marwa hingga tujuh kali. Ini adalah bukti kesabaran Hajar yang besar. Jika dibandingkan dengan kita, mungkin kita akan menyerah pada usaha yang pertama tapi tidak demikian dengan Hajar. Dia terus mencari tanpa putus asa.
Di tengah kebingungan juga kegelisahan yang menyelimuti hati juga pikirannya, Allah memberikan mukjizatNya.
Dari bawah kaki Ismail kecil yang sedang menangis kehausan, muncul sumber mata air yang kini dikenal sebagai mata air Zam-Zam. Air itulah yang membantunya bertahan.
Tak hanya muncul air, beberapa waktu kemudian juga lewat beberapa sufi yang akhirnya membantunya mengatasi segala kesulitan di lembah gersang.
Di dalam memaknai kesabaran, sungguh benarlah firman Allah, “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyroh: 5)
[MAY/Cms]