ChanelMuslim.com – Saat Allah Menyapamu, oleh: Irene Radjiman
“Apa yang dirasakan Bu?” tanya dokter padaku di ruang praktiknya.
“Sudah 4 hari Dok, saya nggak bisa tidur, kepala saya berdenyut terus dari ubun-ubun berputar mengelilingi kepala.”
“Mual?” tanya dokter lagi
Baca Juga: Hidup Tidak Sempurna karena Hanya Allah Maha Sempurna
Saat Allah Menyapamu
“Iya dok.”
“Lagi hamil nggak?”
“Kemarin saya baru selesai datang bulan d
Dok”
“Ooohhh berarti negatif ya. Demam nggak?”
“Dua hari yang lalu iya, tapi sekarang pusingnya ini Dok.” Jawabku udah nggak sabaran. Dari tadi di tanya-tanya mulu. Kepala udah muter-muter. Ah dasar pasien nggak sabaran
“Cek tensi dulu ya” Dokter memberi kode pada perawat untuk melakukan tensi darah padaku.
“Normal Dok 90/60.” Perawat melaporkan.
“Keluhannya hanya pusing dan mual Bu?” Aku mengangguk. “Kalau di-rontgen gimana, supaya kita tahu ada apa di dalam syaraf kepala ibu.” Lagi-lagi aku mengangguk.
“Terserahlah Dok mau diapain juga, aku manut wes, yang penting aku bisa cepetan tidur nyenyak.” dalam hatiku. Selama 4 hari itu kurasakan seluruh kasur di rumahku nggak ada yang enak ditidurin.
Usai rontgen..
“Bu, ada ketegangan urat syaraf kepala yang connecting dengan otak. Ini disebabkan oleh radiasi. Bisa radiasi televisi, HP ataupun komputer. Ibu lebih sering berinteraksi dengan benda yang mana?”
“Hp dan komputer Dok. Saya penulis, maka saya pasti akan sangat sering berinteraksi dengan komputer.”
“Untuk komputer, ibu bisa pasang anti radiasi atau kurangi kontrasnya. Di antara komputer dan HP, mana yang lebih sering berinteraksi dengan ibu?”
“HP Dok, sebab saya juga pebisnis online,” jawabku. Dokter tersenyum sambil mengangguk-angguk.
“Saya tahu ini bukan berita menyenangkan bagi ibu, tapi saya harus katakan bahwa untuk sementara waktu ibu harus beristirahat dulu berinteraksi dengan gadget.” Dokter menatapku lurus.
“Sampai berapa lama Dok?” tanyaku gusar.
“Kita coba 1 minggu ini ibu tidak berinteraksi dulu dengan gadget. Setelah itu kita lihat perkembangannya.
Aku? Harus beristirahat dengan gadget? Selama sepekan? Bagaimana dengan orderan customerku?
Ahhh… aku teringat ketika 6 tahun yang lalu, aku mempersiapkan diri untuk menjadi pebisnis online, semua training bisnis online aku ikuti. Saat itu, yang aku inginkan adalah segera resign dari kantorku dan menjadi ibu rumah tangga berpenghasilan.
Dari tahun 2014, aku belajar membuat toko online, copy writing, hipnowriting, hipnomarketing, bagaimana mengoptimalkan sosial media dan masih banyak lagi. Pecah telor di tahun 2018. EMPAT TAHUN ! 4 TAHUN! Bukan waktu yang sebentar! Kini aku sudah mencapai semua itu, dan kini dokter di hadapanku ini dengan entengnya mengatakan aku harus beristirahat sejenak berinteraksi dengan gadgetku?
Kutarik nafas dalam-dalam dan kuhembuskan. Tahukah Dok, bahwa aku harus selalu update status untuk optimasi sosmedku. Tapi dokter itu hanya mengatakan apa yang seharusnya dia katakan. Aku tak patut menyalahkannya.
“Jangan lupa selalu berdoa untuk kesehatan ibu. Mungkin saat ini Tuhan sedang ingin lebih dekat dengan ibu.” Perkataan dokter menyentakkan lamunanku.
Aku keluar ruangan dokter dengan kepalaku yang masih terasa cenat cenut.
“Pi, dokter bilang syaraf otakku tegang. Aku diminta istirahat nggak main HP selama seminggu.” Aku memberitahu suamiku.
“Hemmm… baguslah, jadi kita punya banyak waktu berdua, aku nggak berasa jones.” Respon suamiku
“Apa itu jones?”
“Jomblo ngenes, hahaha.” Suamiku tertawa terbahak. Huh dia pikir lucu, padahal sama sekali nggak lucu.
Esoknya aku diberitahu oleh temanku, “Coba bekam aja Ren, darah kotornya dibuang, lagipula bekam kan juga termasuk salah satu sunnah, kali aja ada kolesterol atau apa.”
Aku menurut, sore harinya aku langsung bekam. Aku merasa sudah enteng. Kepalaku sudah tidak berdenyut ekstrim lagi. Hemmm berarti ini masalahnya cuma darah kotor, nggak masalah kali kalo aku main HP lagi. Segera kubuka HP. Puluhan ribu notifikasi sudah siap menanti untuk dibaca. Aku kembali menikmati berselancar di dunia maya. Bahkan di perjalanan saat aku menghadiri acara walimahan kakak iparku di seberang pulau, aku masih tetap menjalin komunikasi dengan teman-teman groupku. Tiga hari aku menikmati berselancar di internet. Tiba-tiba kepalaku kembali berdenyut dahsyat! ya Allah, apalagi ini?!
Suamiku memutuskan segera kembali ke kota kami. Aku kembali mendatangi dokter yang menanganiku.
“Ibu sudah coba off gadget selama seminggu?”
“Hemmm… kemarin itu saya bekam Dok. Terasa lebih ringan. Saya pikir masalahnya ada pada darah saya, maka saya kembali membuka HP, sebab orderan sudah menumpuk Dok.” Kucoba memberikan penjelasan. Dokter membenahi letak kacamatanya dan menghembuskan nafas mendengar penjelasanku.
“Kalo kali ini saya rontgen lagi gimana?”
“Ya nggak apa-apa Dok, gimana baiknya menurut dokter aja.” Aku udah pasrah.
Setelah rontgen, 20 menit kemudian aku kembali dipanggil ke ruang dokter.
“Bu, makin banyak jumlah syaraf otak ibu yang menegang.” Dokter diam sejenak menatapku lurus. Akupun balas menatap dokter menanti kelanjutan kalimatnya.
“Kemarin saat saya meminta untuk 1 minggu saja ibu beristirahat dari gadget, ibu tidak bisa. Bagaimana bila saya minta dalam waktu sebulan atau 2 bulan ibu harus benar-benar off HP? Setelah itu, baru ibu jadwal ulang semua kegiatan yang berhubungan dengan HP waktunya tak boleh lebih dari 2 jam”
Dokter berkata tenang sambil terus menatapku lurus. Mataku tak berkedip menatap ke arah dokter.
“Kalo untuk menjadwal ulang tak lebih dari 2 jam berinteraksi dengan gadget, insyaa Allah saya bisa Dok. Tapi melalui HP-lah saya bekerja. Lantas bagaimana bila selama sebulan atau 2 bulan saya benar-benar off?”
“Yaaahh… anggap saja ibu sedang dapat cuti bekerja.” Dokter mencoba tersenyum menanggapi kegelisahanku.
“Dok, kalau saya pegawai kantoran, cuti sebulan 2 bulan dapet gaji dari kantor. Lha ini saya, bekerja untuk diri saya sendiri Dok, siapa yang menggaji saya?”
“Saya pikir dengan jilbab ibu yang sudah sedemikian lebar dan panjang, serta cadar yang ibu kenakan, seharusnya ibu yakin bahwa rizki ibu bukan dari gadget di tangan, tapi dari kemurahan Tuhan.”
Masih dengan senyuman dokter itu berbicara dengan kata-kata yang cukup menampar. Untung wajahku tertutup cadar, bila tidak, pastilah dokter bisa melihat wajahku yang memerah. Aku terdiam tak mampu bicara apapun. Akhirnya aku pamit dan keluar dari ruangan dokter tersebut.
Aku? harus cuti dari gadget minimal selama sebulan? Aku gontai mendekati suamiku.
“Kenapa Mi?”
“Aku harus cuti gadget selama sebulan, menurut dokter dari hasil rontgen jumlah jaringan syaraf otakku yang menegang makin banyak.”
“Ooohhh… ya udah sih Mi, nggak usah sedih gitu, dinikmati aja. Kali aja ini kesempatan kamu untuk melaksanakan sunnah lebih banyak. Waktu istirahatmu lebih banyak, waktu ibadah lebih banyak, waktu sama aku juga lebih banyak kaaannn.” Kata suamiku berusaha menggoda.
Tapi lagi-lagi bagiku sama sekali nggak lucu.
Kata-kata dokter itu masih saja terngiang. Daaannn… kata-kata suamiku itu juga benar semua.
Aku memang tidak bersentuhan dengan HP-ku. Namun benda pipih itu masih saja aku charge bila kulihat sudah mulai lowbat, walau aku tidak berani membuka aplikasi apapun.
Aku hanya mampu melihat dari kejauhan notifikasi yang tiap hari terus bertambah. HP-ku silent. Sering kumasukkan dalam tas, agar aku tak tergoda membuka salah satu aplikasinya.
Namun lama kelamaan aku mulai terbiasa dan menikmati dunia baruku tanpa gadget.
Nikmatnya Dhuha tanpa buru-buru ingin segera melihat notifikasi WA.
Nikmatnya tahajud saat waktu tidur sangatlah cukup.
Nikmatnya membaca Qur’an saat pikiran tak lagi bercabang memikirkan: “Besok aku harus menulis apa?”
Aku tak lagi memiliki beban untuk harus terus memonitor group-group binaanku. Aku mulai ikhlas. Beneran ikhlas. Biarlah Allah yang menyeleksi mereka untukku.
Saat aku mulai menikmati semua itu, tiba-tiba HP-ku berdering.
“Mbak Iren, masih jual itu herbal thibul fahs?”
“Masih mbak.”
“Iiihhh kok wa nya nggak aktif-aktif sih, akhirnya kutelp deh!”
“Iya mbak, kondisi badanku lagi kurang fit, trus sama dokter aku diminta istirahat gadget paling nggak selama sebulan.”
“Ooohhh gitu… tapi aku masih bisa order thibul fahs?”
“Bisa mbak, nanti alamatnya dikirim lewat sms aja ya… soalnya kalo aku buka wa, harus balesin semua notifikasi, jadi lama lagi…”
“Oh iya siap. Aku order 10 botol yaa, nanti kutransfer ke mandirinya mbak Iren.”
“Ok siap” Tak lama kubaca notif sms masuk menulis alamat tujuan. Kubalas dengan rincian pesanan dan ongkir. Tak lama kemudian notif transferan masuk.
Sore harinya HP-ku berdering lagi.
“Masih jualan bakso mbak? wa nya kok lama nggak aktif?” kembali kujawab dengan jawaban yang sama seperti jawabanku pada customerku tadi pagi. Kembali deal orderan lewat sms.
Aku tercenung.
“Rezekimu akan mengejarmu, sebagaimana maut mengejarmu. Rezekimu tahu kau ada di mana. Rezekimu tahu siapa pemiliknya, walau kau tutup pintu sekalipun, bila rezekimu sudah datang, ia akan menggedormu!” tiba-tiba kembali terngiang kata-kata guruku
Usai sholat maghrib, kubuka Alquranku secara acak. Bicaralah padaku ya Allah, apa saja, walau hanya 1 atau 2 ayat.
Allah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezeki, kemudian mematikanmu, lalu menghidupkanmu (kembali). Adakah di antara mereka yang kamu sekutukan dengan Allah itu ada yang mampu berbuat sesuatu yang demikian itu? Mahasuci Dia dan Maha tinggi dari apa yang mereka persekutukan. (Q.S Ar-Rum: 40)
Aku terhenyak! Ya Allah! Ampuni aku ya Allah! Aku bersalah! Sungguh bersalah! Aku telah menyekutukanmu dengan gadgetku tanpa kusadari! Sungguh aku tidak tahu diri! Ya Allah jangan masukkan aku dalam golongan manusia munafik, dimana aku berseru, Allah! Allah! Namun aku memalingkan wajah darimu! Ya Allah …. ampuni aku ya Allah…. ampuuuunnn….. ampuuuunnnn.
Dengan tangan bergetar kembali kubuka acak Alquranku.
“Dan tidak ada satupun makhluk bergerak (bernyawa) di muka bumi melainkan semuanya telah dijamin rezekinya oleh Allah. Dia mengetahui tempat kediaman dan tempat penyimpanannya. Semua itu (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (Q.S Hud: 6)
Astaghfirullahaladziim…. bagaimana bisa aku bicara di hadapan dokter
“Kalau saya pegawai kantoran, cuti sebulan 2 bulan dapet gaji dari kantor. Lha ini saya, bekerja untuk diri saya sendiri Dok, siapa yang menggaji saya?”
Ya Allah…. ampuni aku!!! aku telah melupakan-Mu!!!
Masih dengan rasa yang tidak menentu kembali kubuka acak Alquranku
“Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: “Jadilah! (KUN!)” maka terjadilah ia”. (QS Yasin ayat 82).
Melalui rentetan ayat Qur’an yang kubuka acak, seolah Allah sedang berbicara padaku.
“Ren, bukan customer yang kamu butuhkan, bukan optimasi sosmed yang harus kamu lakukan, bukan monitor group yang kamu pentingkan. Mereka semua itu ada sebab aku “KUN” untukmu! lantas mengapa sosmedmu kini menjadi lebih penting bagimu dibanding AKU? Bukankah AKU mampu mendatangkan rizki untukmu tanpa kau harus lakukan optimasi? Seharusnya bukan optimasi yang kau lakukan, seharusnya kau datang mendekat pada-KU, senangkan AKU, raih ridho-KU, maka mintalah, pasti akan kuberi. Bukankah kau tahu AKU memiliki segalanya? Pahamilah Ren, yang kau butuhkan hanyalah “KUN” dari-KU bukan yang lain.”
Ya Allah…. !!!! Terima kasih atas segalanya! terima kasih KAU telah lebih dahulu menyapaku, justru di saat aku memalingkan wajahku dari-MU! menyekutukan-MU pada yang lain.
Ya Allah KAU sungguh baik, KAU memang Maha Baik. Bila manusia tak sudi menegurku saat kupalingkan wajahku darinya, namun KAU bukan hanya menegur dan menyapaku, namun KAU menarikku dalam pelukan-MU.
Terima kasih atas perhatian-MU yang tak terhingga ini ya Allah. Terima kasih atas denyutan-denyutan dahsyat di dalam kepalaku, terima kasih telah membuatku tak bisa tidur selama berhari-hari, hanya untuk menunjukkan betapa KAU mencintaiku, hingga KAU perlihatkan rasa cemburu-MU saat tanpa sadar aku lebih memperhatikan yang lain dibandingkan diri-MU.
Terima kasih atas segala keadaan yang telah KAU suguhkan untuk diriku.
Alhamdulillah ala kulli haal
Buatlah aku untuk senantiasa bergantung dan berharap pada-MU.
Hasbunallah wani’mal wakil ni’mal maula wani’man nasir.
Note: Bagi teman-teman penikmat tulisan saya, wabil khusus teman-teman komunitas Muslimah Kaffah. Kita bertemu karena Allah, bila dalam sebulan atau 2 bulan kedepan kalian mulai jarang menjumpai tulisan saya, itu artinya saya sedang dalam proses pemulihan.
Pemulihan segalanya, pemulihan kesehatan maupun pemulihan keimanan. Insyaa Allah saya baik-baik saja. Kondisi saya pun sudah membaik dan sehat, namun saya tidak berani takabur.
Biarlah saya ikuti apa yang dokter katakan. Bisa jadi itu kehendak Allah, agar mata saya beristirahat dari membaca cacian, ghibah, hujatan, amarah, debat kusir yang tiada akhir.
Ahhh nanti urat syaraf otak saya makin menegang. Bisa jadi inilah cara Allah membilas keimanan saya dari bercak-bercak noda dosa yang entah sudah berapa banyak. Insyaa Allah kita akan kembali bertemu dengan kondisi saya yang sudah jauh lebih baik.
Mohon doakan saya untuk 1 hal saja.
“Do’akan saya dan keluarga saya wafat dalam keadaan husnul khotimah”
Saya pun akan berdoa yang sama untuk kalian, sebab bukan hidup yang satu kali, tapi mati yang satu kali. Semoga bukan hanya di kehidupan ini kita saling mengenal, namun di kehidupan kekal kita akan saling mengenal dalam jannah-NYA. Aamiin.
Banten, 22 Januari 2020
Irene Radjiman
Sumber:
t.me/ireneradjiman