USTAZ Farid Nu’man Hasan menjelaskan tentang salah paham di masyarakat tentang khasiat air hujan untuk ruqyah, yaitu dalam Surat Al Anfal ayat 11.
Ayat ini berbicara tentang hujan yang turun saat perang Badar, turun setelah para sahabat tidur dan mimpi basah.
Hujan turun untuk mensucikannya, dan mengusir gangguan syetan. Tapi, syetan terusir oleh datangnya malaikat, bukan karena hujannya.
Maka, tidak benar bahwa air hujan punya keistimewaan khusus untuk ruqyah. Apa yang diyakini sebagian orang bahwa air hujan spesial buat ruqyah adalah salah paham terhadap ayat tersebut.
Syaikh Abdullah Al Faqih Hafizhahullah ditanya benarkah air hujan punya keutamaan untuk melawan sihir atau sejenisnya, berdasarkan surat Al Anfal ayat 11? Beliau menjawab:
فهذا الكلام لا يصح، لا من حيث الجملة ولا من حيث التفصيل.
Perkataan ini TIDAK BENAR, baik secara global dan terperinci.
فأما الجملة فليس لماء المطر علاقة بعلاج المس والسحر والعين، ولو كان ذلك كذلك لاستعمله النبي صلى الله عليه وسلم حين أصابه السحر، ولبينه صلى الله عليه وسلم لأمته، فهو الرؤوف الرحيم بها
Secara global, tidak ada kaitannya antara air hujan dengan pengobatan terhadap kesurupan, sihir, dan ‘ain.
Seandainya benar seperti itu, niscaya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam akan menggunakannya saat terkena sihir, dan Beliau akan menjelaskan kepada umatnya, karena dia sangat lembut dan sayang kepada umatnya.
(Fatawa Asy Syabakah Al Islamiyyah no. 137183)
Baca Juga: Cara Detoks Tubuh dengan Ruqyah Lengkap dengan Doa
Salah Paham Khasiat Air Hujan untuk Ruqyah
Beliau juga berkata:
وأما من حيث التفصيل، فرجز الشيطان المذكور في آية الأنفال قد فسره ابن عباس رضي الله عنهما وغيره بما هو منقول في السؤال، فلا يصح بعد العلم بالمراد به أن نقول: (لا شك أن المس والسحر والعين هي من رجز الشيطان). خاصة وأن ذلك ليس
له علاقة لا من قريب ولا من بعيد بأحداث القصة وسير المعركة، فلم يكن الصحابة رضي الله عنهم يعانون من مس أو سحر أو عين يعوقهم في حربهم للمشركين !!
Ada pun secara terperinci, makna “menghilangkan gangguan-gangguan syetan” dalam ayat tersebut telah dijelaskan oleh Ibnu Abbas, maka tidak benar setelah kita tahu maksudnya kita masih ucapkan “tidak ragu lagi bahwa kesurupan, sihir, dan ain, adalah gangguan syetan” secara khusus.
Hal itu sama sekali tidak ada kaitannya, baik dari dekat atau jauh, dengan peristiwa, kisah, dan peperangan saat itu.
Para sahabat nabi Radhiallahu ‘Anhum tidak pernah menolong dan menjaga orang yang kesurupan, sihir, atau terkena ain, dengan air hujan dalam peperangan mereka melawan kaum musyrikin.
ثم إن الشيطان لم ينصرف من المعركة بعد نزول المطر وإنما انصرف بعد نزول الملائكة
Kemudian syetan tidaklah kabur dengan turunnya hujan, tapi mereka lari saat turunnya para Malaikat (saat di perang Badar)
فهذا كبير الشياطين وزعيمهم يصور لنا القرآن موقفه يوم بدر حيث يقول الله تعالى: وَإِذْ زَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ وَقَالَ لَا غَالِبَ لَكُمُ الْيَوْمَ مِنَ النَّاسِ وَإِنِّي جَارٌ لَكُمْ فَلَمَّا تَرَاءَتِ الْفِئَتَانِ نَكَصَ عَلَى عَقِبَيْهِ وَقَالَ إِنِّي بَرِيءٌ مِنْكُمْ إِنِّي أَرَى مَا لَا تَرَوْنَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ وَاللَّهُ شَدِيدُ الْعِقَابِ. {الأنفال: 48}.
Ini adalah pembesar dan bos-bosnya syetan. Alquran telah menggambarkan kepada kita tentang sikap syetan disaat perang Badar, Allah Ta’ala berfirman:
Dan (ingatlah) ketika setan menjadikan terasa indah bagi mereka perbuatan (dosa) mereka dan mengatakan, “Tidak ada (orang) yang dapat mengalahkan kamu pada hari ini, dan sungguh, aku adalah penolongmu.”
Maka ketika kedua pasukan itu telah saling melihat (berhadapan), setan balik ke belakang seraya berkata,
“Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu; aku dapat melihat (malaikat) apa yang kamu tidak dapat melihat; sesungguhnya aku takut kepada Allah.” Allah sangat keras siksa-Nya. (QS. Al-Anfal, Ayat 48)
وقد أجمع المفسرون أو كادوا أن ذلك حدث لما رأى الشيطانُ الملائكةَ ومعهم جبريل عليه السلام، حيث أيد الله المسلمين بإنزال الملائكة، كما قال الله تعالى بعد ذكر إنزال المطر: إِذْ يُوحِي رَبُّكَ إِلَى الْمَلَائِكَةِ أَنِّي مَعَكُمْ فَثَبِّتُوا الَّذِينَ آمَنُوا. {الأنفال: 12}.
Para ulama telah ijma’ atau hampir ijma’ bahwa peristiwa itu terjadi di saat diperlihatkan Malaikat kepada syetan, bersama mereka ada Jibril ‘Alaihissalam pada saat kaum muslimin dibantu Allah dengan turunnya para malaikat, sebagaimana firman Allah setelah disebutkan turunnya hujan:
“(Ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat, “Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkanlah (pendirian) orang-orang yang telah beriman.” (QS. Al-Anfal, Ayat 12)
وليس هؤلاء من عموم الملائكة بل هم خيرهم وأفضلهم، كما ثبت في الصحيحين أن جبريل عليه السلام جاء إلى النبي صلى الله عليه وسلم فقال: ما تعدون أهل بدر فيكم؟ قال: من أفضل المسلمين. قال: وكذلك من شهد بدرا من الملائكة.
Mereka bukanlah malaikat yang biasa, tapi malaikat yang terbaik di antara malaikat. Sebagaimana hadits shahihain, bahwa Jibril ‘Alaihissalam mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan berkata:
“Bagaimana penilaianmu terhadap ahli Badar?” Rasulullah menjawab: “Mereka kaum muslimin yang terbaik.” Jibril berkata: “Begitu pula malaikatnya, mereka malaikat yang paling utama.”
والمقصود أن الشيطان لم ينكص على عقبيه عند نزول المطر، بل فعل ذلك لما رأى الملائكة، وفي هذا بيان واضح لكون ماء المطر وغيره من أنواع المياه ليس طاردا للشيطان، وفيه إبطال صريح للخرافة المذكورة في السؤال
Maksudnya bahwa syetan itu tidaklah kabur setelah turunnya hujan, tapi mereka kabur setelah melihat para malaikat. Penjelasan ini begitu jelas bahwa air hujan dan air lainnya BUKANLAH PENGUSIR SYETAN.
Dan ini sekaligus membantah begitu lugas apa yang ada dalam pertanyaan (bahwa air hujan buat ngusir syetan atau ruqyah) adalah hal yang KHURAFAT (mitos, tahayul).
(Ibid)
Air hujan itu berkah, ya benar.. Maksudnya dia bermanfaat bagi manusia dan makhluk lainnya secara umum. Ada pun secara khusus dianggap manjur buat ruqyah adalah mengada-ada.
Akan tetapi, jika turun hujan, maka dianjurkan berdoa sebab itu salah satu momen dikabulkan doa. Ini shahih. Lalu, jika air hujan dibacakan Alquran atau doa-doa ma’tsur, maka ini boleh, sama dengan air-air suci lainnya.
Demikian. Wallahu a’lam.[ind]