ChanelMuslim.com – Sekolah Fashion Muslim, Islamic Fashion Institute Goes to South India. Agenda mereka selama enam hari di akhir November tersebut mempelajari banyak hal mengenai industri fashion di India terutama bagian Selatan.
Seperti yang diceritakan oleh Irna Mutiara, salah satu Founder dari IFI ini bahwa selama enam hari mereka di India Selatan, tepatnya di kota Coimbatore banyak sekali pengalaman berharga yang didapatkan.
“Perjalanan kali ini cukup membuat gemas dengan keadaan di negeri sendiri. Bagaimana tidak, Indonesia dulu pernah berjaya di bidang tekstil, bahkan waktu saya kecil ada pabrik pemintalan yang dikenal dengan nama Patal Cipadung dan Patal Senayan di Jakarta..namun kini sudah tidak ada lagi pabrik pemintalan benangnya, padahal sandang adalah kebutuhan utama masyarakat. Tapi negeri kita ini lebih suka mengimpor ketimbang membuat sendiri. Padahal sepertinya kita mampu mandiri,” ungkapnya kepada chanelmuslim.
Mom Irna juga mengatakan di Coimbatore mereka mengunjungi KPR Spinning Weaving and Garment sebuah pabrik sandang yang mengolah serat kapas menjadi kain dan produk garment.
“India menanam sendiri kapasnya di daerah Gujarat. Pabrik di Coimbatore ini dimiliki oleh seorang Bapak yang bernama KPR. Beliau memulai bisnisnya dengan modal 200 USD saja dan kini pabriknya sudah berkembang senilai 6 juta USD. Selain pabrik dengan 4000 karyawan, beliau juga mendirikan KPR University of Technology yang fokus di bidang fashion technology dan textile technology,” cerita dia lagi.
[gambar3]
Bahkan cerita Mom Irna, masyarakat dari desa yang tidak punya biaya kuliah, dia biayai, disediakan asrama dan magang di perusahaan tekstil dan garmennya, sehingga hasil kain dan garmentnya memiliki harga bersaing.
“KPR Mills ini juga mengekspor benang katun ke seluruh dunia termasuk Indonesia selain itu bahan material kain woven dan knittingnya pun diekspor. Garmentnya dalam sebulan menghasilnya 4juta helai pakaian yang disebarkan ke seluruh dunia dengan merk-merk terkenal seperti Mark&Spencer , H&M dan merek lokal lainnya,” lanjut salah satu Founder Komunitas Hijabersmom Community ini.
[gambar2]
Pemilik brand fashion IM Syari ini menambahkan sambil melihat-lihat pabrik dan Universitasnya, dirinya berpikir bagaimana supaya Indonesia bisa mengekspor sandang juga.
“Ingin rasanya menanam kapas, kenaf, ramie, murbey untuk ulat sutra, pisang dll yang semua seratnya bisa dijadikan kain yang berkualitas. Bagaimana supaya Balai Besar Tekstil kita juga aktif mengolah dan menciptakan berbagai jenis serat, kain dan benang..sehingga alat-alat yang sudah dibeli Kemenperin itu tidak nganggur dan karatan. Bagaimana supaya pengrajin bordir kita juga bisa membuat renda, lace yang cantik-cantik sehingga kebutuhan aksesoris busana muslim kita tak usah impor. Bagaimana supaya barang jadi kita pun bisa diekspor ke seluruh dunia, dengan itu hasilnya bisa membuat sekolah fashion dan tekstil yang lulusannya bisa berbakti untuk memajukan negeri sendiri?,” harapnya.
Selain itu, rombongan IFI jugai berkunjung ke Summer Palace, istana bekas tempat tinggal Tipu Sultan, seorang raja muslim di wilayah Mysore yang dulu sangat terkenal keberaniannya.
[gambar1]
“Beliau juga yang menerapkan ragam hias Islam pada istananya dan membangun peradaban seni Islam di wilayah kekuasaannya. Istananya yang indah bisa menjadi inspirasi untuk koleksi busana muslim ataupun produk lainnya..
Selain itu, Mom Irna juga menjadi speakers pada event Textile Fair 2019 dengan membahas mengenai “Business Structure To Meet Global Market Needs” pada 28 November 2019.
Sekolah IFI merupakan salah satu sekolah Fashion Muslim pertama yang mengedepankan aturan syariat dalam merancang busana. Kampus IFI berlokasi di Bandung dan telah meluluskan banyak para desainer-desainer muslim. [jwt]