Chanelmuslim.com – Aku (Ka’ab) berkata, “Benar. Demi Allah, sesungguhnya jika aku duduk di sisi orang selain engkau yang mana orang itu ahli dunia, niscaya aku akan berusaha lepas dari kemarahannya dengan memohon maaf dan membuat alasan yang bisa membuat yakin. Tetapi-demi Allah-aku sadar, jika hari ini akumenyampaikan ucapan bohong demi mendapatkan ridha engkau, niscaya itu akan membuat engkau marah kepadaku. Dan jika, aku mengucap hal yang benar kepadamu, maka engkau akan mendapatiku demikian adanya. Sesungguhnya aku memohon ampunan Allah atas kejadian ini (tidak ikut serta perang Tabuk.) Demi Allah, tidak ada udzur yang membuatku tidak bertempur. Demi Allah, aku tidak berdaya sama sekali dan tidak ada orang yang lebih longgar daripada aku ketika aku turut berperang.”
Rasulullah bersabda, “Adapun orang ini, dia adalah benar (jujur). Berdirilah, sampai Allah memberikan keputusan untukmu!”
Aku pun berdiri. Kemudian beberapa lelaki dari Bani Salamah memperlihatkan kemarahan mereka padaku. Mereka mengikutiku dan mencelaku. Mereka berkata padaku, “Demi Allah, kami tidak pernah melihatmu berbuat dosa sebelum ini. Kamu tidak mampu memohon maaf kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam seperti yang dilakukan para Mukhallafun yang lain. Maka, istighfar Rasulullah sudah cukup untuk mengampuni dosamu.”
Ka’ab berkata, “Demi Allah, mereka itu tetap mencelaku hingga aku ingin pulang, dan aku mengingkari diriku.” Aku berkata mereka, “Apakah hal seperti ini juga terjadi pada orang lain?”
Mereka mengatakan, “Iya, dua orang yang lain mengatakan hal sama seperti yang kamu ucapkan. Lalu dikatakan kepada mereka seperti apa yang dikatakan padamu.”
Aku bertanya, “Siapakah dua orang itu?”
Mereka menjawab, “Kedua orang itu adalah Murarah bin Ar-Rabi’ Al-Amiri dan Hilal bin Umayah Al-Waqifi.” Mereka menyebut dua nama lelaki saleh yang ikut serta dalam perang Badar. Keduanya adalah manusia teladan, aku pun belalu saat mereka meyebut dua nama lelaku saleh itu.
Rasulullah melarang kaum Muslimin untuk berbicara dengan kami bertiga di antara orang-orang yang tidak ikut serta dalam perang Tabuk. Orang-orang pun menjauhi kami dan perilaku mereka terhadap kamu berubah, hingga bumi menjadi terasa asing bagiku, seolah aku belum pernah mengenalnya sebelumnya. Kami menjalani keadaan ini selama lima puluh hari.
Dia orang sahabatku (Murarah dan Hilal) menetap dan duduk di rumah mereka dalam keadaan mengangis. Aku sendiri adalah orang yang paling muda umurnya dan paling kuat badannya. (bersambung)
Sumber:Golden Stories Kisah-Kisah Indah Dalam Sejarah Islam, Mahmud Musthafa Sa’ad & Dr. Nashir Abu Amir Al-Humaidi, Pustaka Al-Kautsar