ChanelMuslim.com – Saya dulu nggak lulus SBMPTN. Anak-anak saya juga nggak ada yang lulus SBMPTN. Saya nggak pede untuk mendaftarkan diri. Jadi, saya daftar di Trisakti. Saya cuma sekali mendaftar dan langsung diterima. Dan karena saya waktu itu malas belajar maka saya hanya dapat rangking 4 dengan biaya Rp7,5juta.
Waktu itu ayah saya dapat bonus sebagai pegawai negeri zaman itu. Uang bonus itu besar banget. Jadi saya menyesal nggak belajar. Coba kalau saya belajar, siapa tahu dapat ranking 2 atau 3, maka bonus ayah saya masih tersisa untuk adik-adik saya.
Tapi ayah saya hanya bilang, “Ini rezeki kamu, pas Rp7,5juta.” Dengan berlinang air mata saya cium tangan ayah yang coklat keriput dan saya berjanji dalam hati nggak akan minta apa-apa lagi pada ayah. Ayah juga nggak tanya dan nggak minta saya untuk masuk PTN. Mungkin ayah tahu saya nggak secerdas tetangga sebelah atau kakak saya. Di situ saya melihat ayah sangat bijaksana.
Saya kemudian baru ngeh betapa pentingnya ikut UMPTN (dulu namanya begitu) ketika teman saya di Trisakti lompat-lompat di kantin karena dia diterima di UI pada tahun berikutnya. Dan katanya gratis.
Lalu waktu pun berlalu dan saya punya anak yang usianya cukup untuk daftar UMPTN tapi saya nggak daftarkan bahkan nggak ingat hingga nggak ngeh juga. Masing-masing malah sibuk daftar di Curtin dan Cambridge. Mungkin karena SMU di Australia bukan di Indonesia. Jadi euforia diterima di SMBPTN tidak ada dalam keluarga kami. Baru ngeh ketika buka Facebook. Baru sadar ketika buka sekolah SMU. Ternyata bangga bila ada anak didik yang diterima di PTN berarti anak kita pintar.
Tapi saya nggak pernah menyesali kuliah di Trisakti karena dari situ saya jadi naksir cowok dan cowoknya ikutan Pesantren Kilat. Saya mengikuti dia kemudian saya jadi paham agama dan kemudian cowok itu jadi nggak menarik lagi buat saya. Malah kemudian saya menikah dengan seseorang yang tak terduga dari Trisakti juga. Lalu saya ikut beliau ke Australia.
Di sana saya sempat aktif mengajar anak-anak di Islamic Centre dan kemudian suami kerja di Malaysia. Lalu anak-anak saya sekolah di Malaysia dan saya jadi guru di Malaysia. Kemudian saya pulang ke Indonesia dan bikin sekolah ala-ala Malaysia dan Singapura campur-campur dengan Australia.
Dan alhamdulillah saya sekarang punya sekolah fullday 2 TK, 3 SD, 2 SMP dan 1 SMU plus boarding school 1 SMP dan 1 SMU serta 1 untuk girls SMP atau SMU Boarding. Total 11 sekolah dengan 425 pegawai yang beberapa diantaranya katanya pernah ikut SBMPTN (dulu UMPTN). Bahkan sebagian pegawai saya dari PTN favorit dengan nilai IPK di atas 3,5.
Saya rasa tak dapat SMBPTN tak apa-apa. Kita nggak tahu rezeki kita kemudian ada dimana, tidak mesti, tidak lulus SBMPTN maka masa depan kita kurang bagus. Sekali lagi, bagi yang tak lulus SMPBTN tak apa-apa. Lulus Alhamdulillah. Nggak lulus nggak apa-apa. Masih banyak pathway menuju masa depan yang lebih baik. Keberhasilan itu bisa didapat dari mana saja. Rezeki sudah Allah atur.
“Jangan sedih ya, Nak.” Bilang mama kalau masuk swasta saja kayak Tante Fifi. Sudah tua bisa ke Singapore dan makan cheese cake pagi-pagi. Bisa tetap asik-asik tanpa korupsi.
Mari makan Hokaido Cheesecake di tepi jalan Perth sambil meminum kopi. Lalu pulangnya shalat Isya di Mesjid City Perth. “Subhanallah. Awesome,” kata Ben.
Allah berfirman, “Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya; Sesungguhnya Dia Maha mengetahui lagi Maha melihat akan hamba-hamba-Nya.” (QS. Al Isra’: 30)
Website:
https://www.jakartaislamicschool.com/category/principal-article/
https://www.jakartaislamicschool.com/category/principal-article/
Facebook Fanpage:
https://www.facebook.com/jakartaislamicschoolcom
https://www.facebook.com/Jakarta.Islamic.Boys.Boarding.School
Instagram:
www.instagram.com/fifi.jubilea
Twitter: