MANA yang harus didahulukan. Aqiqah dulu atau berkurban? Ada pertanyaan yang diajukan kepada Ustaz Farid Nu`man. Assalamualaikum, Ustaz. Saat ini ibu saya sudah berumur 78 tahun dan ingin berkurban, tapi belum aqiqah.
Bolehkah kurban terlebih dahulu atau bisakah jika bersamaan keduanya? Saya juga sudah pernah berkurban tapi belum aqiqah, bagaimana ya? Mohon penjelasannya.
Baca Juga: Sahkah Satu Ekor Kambing dengan Dua Niat, Aqiqah dan Qurban?
Aqiqah Dulu atau Berkurban?
Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh ..
Sebagian ulama, seperti Qatadah, melarang berqurban bagi yang belum aqiqah.
Beliau berkata:
لَا تُجْزِئُ عَنْهُ حَتَّى يُعَقَّ عَنْهُ
Tidak sah qurban sampai dia aqiqah dulu.
(Ibnu Abi Syaibah dalam Al Mushannaf no. 24269)
Hanya saja pendapat ini menyendiri. Umumnya, para ulama menilai keduanya sebagai Sunnah yang berdiri sendiri dengan sebab yang berbeda, dan tidak saling menganulir.
Jika rezeki lapang, lakukan saja kedua-duanya di waktu yang bersamaan. Dengan kata lain, hewannya masing-masing.
Jika dalam keadaan susah dan sempit, silakan ambil pendapat yang membolehkan keduanya bisa digabungkan niatnya pada satu kambing.
Syaikh Abdullah Al Faqih mengatakan:
فهذه المسألة اختلف فيها أهل العلم على قولين منهم من أجازها كما هو مذهب أحمد رحمه الله ومن وافقه . ومنهم من منعها لأن المقصود مختلف، فالمقصود بالأضحية الفداء عن النفس ومن العقيقة الفداء عن الطفل وعليه فلا يتداخلان. ولاشك أن الأخذ بهذا القول أولى لمن كانت عنده سعة وقدرة عليه فمن لم تكن له سعة فالأخذ بمذهب أحمد أولى له .
Masalah menyatukan niat (qurban dan aqiqah) adalah diperselisihkan ulama, ada yang membolehkan seperti Imam Ahmad dan pihak yang sepakat dengannya.
Di antara mereka ada yang melarangnya, karena keduanya memiliki maksud yang berbeda. Qurban itu merupakan tebusan untuk diri sendiri, sedangkan aqiqah tebusan untuk kelahiran anak, oleh karena itu keduanya tidak saling mencakup.
Maka, tidak ragu lagi inilah (pendapat yang melarang) adalah pendapat yang lebih utama untuk diikuti bagi yang sedang lapang rezekinya. Ada pun bagi yang sempit rezekinya maka pendapat Imam Ahmad lebih utama baginya.
(Fatawa Asy Syabakah Al Islamiyyah no. 885)
Wallahu a’lam.
[ind/Cms]