SEORANG Muslim dituntut untuk menunjukkan kebaikan, cinta, dan kepatuhan pada orang tuanya. Hari Ayah adalah acara sosial dan keluarga yang bertujuan untuk menghormati ayah.
Namun bagaimana merayakan hari ayah dalam pandangan islam?
Baca juga : Ayah Ibu Idolaku
Hari Ayah dalam Pandangan Islam
Peristiwa sosial dan budaya semacam itu tidak ditolak dalam Islam selama mereka tidak mempromosikan nilai-nilai yang tidak Islami.
Menurut Dr. Wael Shehab, PhD dalam Studi Islam dari Universitas Al-Azhar dan saat ini menjadi Imam Masjid Downtown Toronto di Kanada, taat kepada orang tua, baik ibu maupun ayah, merupakan nilai Islam dan kepatuhan pada Allah.
Karena itu, seseorang harus menunjukkan kebaikan kepada orang tuanya karena Allah SWT berfirman:
“Tuhanku telah menetapkan, bahwa kamu tidak menyembah siapa pun selain Dia, dan (bahwa kamu menunjukkan) kebaikan kepada orang tua. Jika salah satu dari mereka atau keduanya mencapai usia tua denganmu, jangan katakan ‘Fie’ kepada mereka atau jijik mereka, tetapi berbicara kepada mereka kata yang ramah.” (Al-Israa ’17:23)
‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, mengatakan, “Aku bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Amal apakah yang paling dicintai oleh Allah ‘azza wa jalla?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Shalat pada waktunya’.
Lalu aku bertanya, ‘Kemudian apa lagi?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, ‘Kemudian berbakti kepada kedua orang tua.’ Lalu aku mengatakan, ‘Kemudian apa lagi?’ Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, ‘Berjihad di jalan Allah’.”
Lalu Abdullah bin Mas’ud mengatakan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberitahukan hal-hal tadi kepadaku. Seandainya aku bertanya lagi, pasti beliau akan menambahkan (jawabannya).” (HR. Bukhari dan Muslim)
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apakah kalian mau kuberitahu mengenai dosa yang paling besar?” Para sahabat menjawab, “Mau, wahai Rasulullah.”
Beliau lalu bersabda, “(Dosa terbesar adalah) mempersekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orang tua.” Beliau mengucapkan hal itu sambil duduk bertelekan [pada tangannya].
(Tiba-tiba beliau menegakkan duduknya dan berkata), “Dan juga ucapan (sumpah) palsu.” Beliau mengulang-ulang perkataan itu sampai saya berkata (dalam hati), “Duhai, seandainya beliau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Makna inti dari bid’ah yang dilarang dalam Islam adalah untuk memperkenalkan atau menciptakan tindakan ibadah atau ritual ibadah ke dalam agama tanpa tuntunan Syariah.
Hari-hari Dunia seperti Hari Jilbab Dunia, Hari Ibu, Hari Ayah, dan Hari Anak Yatim, sebagian besar didasarkan pada pertimbangan budaya dan sosial.
Hari-hari dunia ini tidak dimaksudkan untuk memperkenalkan ritual keagamaan baru atau tindakan ibadah.
Hari Ayah adalah perayaan menghormati ayah dan merayakan kebapakan, ikatan ayah, dan pengaruh ayah dalam masyarakat.
Banyak negara merayakannya pada hari Minggu ketiga bulan Juni, meskipun juga dirayakan secara luas pada hari-hari lain oleh banyak negara lain.
Hari Ayah diciptakan untuk melengkapi Hari Ibu, sebuah perayaan yang menghormati ibu dan menjadi ibu.
Hari Ayah adalah acara sosial yang bertujuan mendukung nilai-nilai dan moral universal. Merayakan kebapakan itu seharusnya dilakukan setiap hari, tidak terbatas pada hari tertentu saja.
Ini bukan bidah yang menyebabkan dosa karena tidak dimaksudkan untuk memperkenalkan ritual baru ke dalam agama.
Ini adalah Hari budaya, sosial, dan keluarga yang bertujuan untuk menjaga hubungan sosial dan keluarga. [MRR/ dari Aboutislam.Net]