Di tengah melonjaknya suhu akibat gelombang panas, seorang ulama terkemuka Pakistan mendesak sebagain warga Karachi tidak menjalani puasa selama bulan suci Ramadhan, terutama mereka yang berisiko mengalami heatstroke.
“Kami (ulama) telah memantau di berbagai saluran televisi bahwa mereka yang beresiko, terutama di Karachi di mana ada situasi yang sangat serius, harus menjauhkan diri dari berpuasa,” ujar Tahir Ashrafi, seorang ulama Pakistan terkemuka, mengatakan kepada ABC News.
“Islam memiliki pengecualian dalam kondisi untuk berpuasa, bahkan hal utu disebutkan dalam Al-Quran, di mana pasien dan wisatawan yang tidak mampu menjalani puasa dapat menundanya dan orang-orang yang lemah atau tua serta orang yang beresiko jatuh sakit atau bahkan meninggal dunia, diperbolehkan tidak berpuasa.”
Peringatan itu datang pada saat suhu mencapai 45 derajat Celsius (111 Fahrenheit) di Karachi, di mana petugas medis harus berjuang untuk mengobati pasien di rumah sakit pemerintah di kota pelabuhan tersebut.
Karachi yang merupakan pusat ekonomi Pakistan berpenduduk sekitar 20 juta orang, menyaksikan sebagian besar kematian akibat terik matahari yang sudah mencapai sekitar 780 orang sejauh ini.
Di rumah sakit terbesar Karachi, Graduate Hospital Pos Medical College, petugas medis merawat lebih dari 3.000 pasien yang terkena dampak suhu panas.[af/onislam]