SAHABAT Muslim, yuk ketahui cara mendeteksi kecerdasan anak yang tepat. Mungkin, Bunda selama ini melihat kecerdasan anak berdasarkan ranking, tapi tahukah Bunda, ada ilmu dan tips yang tepat mendeteksi kecerdasan anak lewat nilai rapor yang ada perhitungannya.
Salah satu akun Facebook membagikan ilmunya untuk para orang tua, supaya bisa melihat potensi yang dimiliki anak Bunda.
Baca Juga: Mengenal Metode Montessori untuk Mengembangkan Kecerdasan Anak
Cara Deteksi Kecerdasan Anak yang Tepat
Pasti Bunda juga sering melihat rapor anak seusai pembagian, tapi kadang hanya melihatnya saja, atau jika dapat ranking ya sudah dibiarkan saja.
Padahal mengetahui kemampuan, kecerdasan, potensi anak sangat penting juga, karena bisa dikembangkan dan didukung agar lebih maju dan lebih sukses nantinya.
Akun Facebook bernama Diana Agustin, menuliskan ilmu yang sangat berguna dan bermanfaat bagi Bunda yang ingin anaknya menjadi orang sukses.
Seperti tulisan asli Diana Agustin yang diunggah di akun Facebook-nya berikut ini.
Masing-masing orangtua akan mengalami penerimaan rapor buat para putra-putrinya
Saya ikut bahagia di hari yang penuh ceria ini, dan izinkan saya berbagi tips buat Bapak Ibu semua.
Tips berikut barangkali memiliki sudut pandang yang mungkin berbeda. Namun jika perspektifnya sama, alhamdulillah. Yang utama semoga bermanfaat untuk kita semua.
Raport adalah Progress Report Pembelajaran laporan perkembangan ananda selama satu semester dalam menempuh seperangkat materi pelajaran dan BUKAN hasil akhir.
Oleh karenanya, saat menerima raport lakukan hal-hal berikut:
1. Tutup raport terlebih dulu! Tanyakan kepada ananda pelajaran apa yang ia sukai dan siapakah guru yang ia sukai.
Ini akan berpengaruh terhadap nilai di dalam raport.
Belajar adalah hasil kerja mental emosional (EQ) yang kemudian mengarahkan kemampuan kognitifnya (IQ) untuk meresponnya untuk memperoleh nilai-nilai belajar.
2. Buka raport. Fokus kepada nilai TERTINGGI yang ada di raport.
Coba cek adakah signifikansi dengan pelajaran yang diminati anak dan gurunya yang dia sukai.
Sekali lagi:
FOKUS-lah kepada NILAI TERTINGGI karena di situlah KELEBIHAN ananda. Itulah anugerah terindah dari Allah yang diberikan. Terima dan syukuri.
Berikan senyuman dan ucapan dengan kalimat yang berisi pujian, apresiasi dan penghargaan dengan tulus kepada ananda atas prestasinya.
3. Perhatikan nilai-nilai yang tertinggi dan nilai-nilai pelajaran yang rendah.
Perhatikan pembagian secara sederhana untuk memudahkan memetakan Oka (otak kanan) dan Oki (otak kiri).
Kelompok pelajaran otak kiri (matematika, IPA/sains, fisika, kimia, biologi, teknik dll)
Otak Kanan (bahasa, seni, IPS)
Jika Ananda dominannya di Oki, arahkan nantinya ke jurusan sesuai bidang Otak kiri. Demikian sebaliknya.
Raport ini juga bermanfaat untuk mendeteksi kecerdasan sekaligus penjurusan.
Jangan sekali-kali memaksakan anak yang dominan di pelajaran otak kanan, misalnya, untuk kuliah atau sekolah menengah di jurusan golongan otak kiri semisal Matematika, IPA, kedokteran, teknik dll.
Selain kasihan kepada anak, karena menjadi beban, juga kecerdasan anak memang bukan di situ, akhirnya hasilnya atau prestasinya menjadi kurang maksimal.
4. Tanyakan kepada ananda, nilai pelajaran apa yang rendah, mengapa bisa terjadi dan bagaimana solusi untuk selanjutnya.
Ini sekaligus berguna bagi penguatan fondasi jiwa dan mental anak.
Melatih anak agar ia menerima diri apa adanya. Memaafkan diri dan ikhlas atas kekurangan kita sebagai hamba Allah yang lemah, kurang, sehingga memotivasi diri untuk memperbaiki.
Kecerdasan spiritual (SQ) dan keimanan yang kokoh dibangun dengan melihat diri bahwa manusia memiliki sekian banyak KELEBIHAN sekaligus KELEMAHANNYA…
Maka latihlah ananda untuk belajar menerima diri apa adanya.
5. Jangan sekali-kali MEMBANDING-BANDINGKAN ananda dengan anak lain. Karena anak Anda adalah unik, berbeda dan HANYA SATU DI DUNIA tidak ada duanya.
Allah sudah memberi Fitrah terbaik.
Bakat, minat, kecerdasan, modalitas belajar dan potensi yang khas yang berbeda dengan anak lain.
Jadi, jangan dibandingkan, karena putra putri Anda tidak ada bandingannya.
Tulisan dari sahabat berikut ini juga layak untuk diperhatikan.
1. BERHENTILAH memamerkan ranking puta-putri Anda.
Yang TERPENTING dari pendidikan itu BUKAN ranking.
Hakikat dari pendidikan itu adalah menjadikan anak Anda:
• mencintai aktivitas membaca untuk mencari pengetahuan
• bisa berpikir logis
• mengetahui nilai benar dan salah
• mampu mengembangkan bakatnya, dan
• punya semangat juang untuk mewujudkan apa yang dia inginkan secara disiplin dan konsisten.
2. BERHENTILAH menjadikan ranking putra-putri Anda sebagai kunci dari keberhasilan.
Ketika kita menjadikan ranking sebagai bukti keberhasilan pada anak kita, dampak terbesar adalah pada titik itulah kita berfokus. Kenyataannya TIDAK.
• Saat anak Anda mencintai membaca, maka mereka menguasai banyak pengetahuan, tidak peduli apakah mereka punya ranking baik atau buruk.
• Saat anak Anda bisa bepikir logis, maka mereka akan mampu membangun visi dan impian mereka. Visi dan impian mereka itu tidak bisa dinilai per semester atau per semester untuk diperbandingkan antara anak satu dengan anak lainnya.
• Saat anak Anda tahu mana nilai yang benar dan mana yang salah, maka mereka akan punya integritas
• Saat mereka mengenal bakat mereka yang sesungguhnya maka mereka akan mampu menghasilkan karya dan dedikasi yang terbaik
• Saat anak Anda punya semangat juang maka itulah kunci sejatinya kesuksesan hidup. Dan ini semua tidak bisa di-ranking.
Jika Anda fokus pada ranking, maka Anda akan kehilangan nilai-nilai yang hakiki dalam pendidikan.
Kalau Anda harus kompromi dengan sistem pendidikan sekolah, maka “kompromi” Anda adalah, usahakan anak Anda SELALU naik kelas dan bergairah menjalani aktivitas sekolahnya.
Terakhir,
Maknai nilai raport anak Anda HANYA sebagai SALAH SATU indikator untuk tahu mana titik lemahnya, mana titik unggul …
Semoga dengan rapotan yang Bapak Ibu terima, semakin memotivasi untuk tumbuh kembangnya potensi dan kecerdasan serta bakat minat ananda.
Rapotan bukan Raport Amal Baik dan Buruk Hari Akhir, bukan.
Buku Raport ananda bukan catatan amal baik dan buruk hari akhir nanti, yang tidak bisa diperbaiki.
Raport bukan hasil akhir, ia adalah catatan hasil belajar ananda yg masih bisa dievaluasi dan diperbaiki.
[ind/anonim/Cms]