WARISAN baik itu ada yang berupa fisik dan non fisik. Menjaga warisan itu merupakan bukti cinta kita pada beliau-beliau sekaligus melestarikan keberkahannya.
Abbas bin Abdul Muthalib radhiyallahu ‘anhu merupakan paman Nabi yang begitu dekat dengan Nabi. Dukungannya dengan dakwah Nabi begitu besar, meskipun ia tergolong lambat hijrah ke Madinah.
Ayah dari sahabat Nabi bernama Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma ini hijrah ke Madinah pada tahun ke-8 Hijriyah. Tak lama setelah terjadinya perjanjian damai Hudaibiyah antara Rasulullah dengan Quraisy.
Setibanya di Madinah, Abbas langsung disambut oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Nabi juga menyiapkan rumah untuk Abbas. Nabi membangunkan sebuah rumah untuk pamannya ini yang berada di tepi jalan dekat Masjid Nabawi.
Bahkan, Nabi sendiri yang ikut merapikan rumah itu, termasuk sebuah talang air yang dijulurkan ke arah jalan.
Talang air itu tetap seperti yang dibangun Nabi meski beliau shallallahu ‘alaihi wasallam sudah wafat. Hingga, sebuah peristiwa kecil terjadi di masa Khalifah Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu.
Di sebuah hari Jumat, Khalifah Umar sudah bersiap untuk berangkat shalat Jumat di Masjid Nabawi. Di luar dugaan Umar, tak ada angin tak ada hujan, dirinya yang sudah rapih tersiram air kotor dari arah talang rumah paman Nabi itu.
Umar tidak marah. Ia balik lagi pulang untuk mengganti bajunya yang kotor.
Selepas shalat Jumat, Umar bin Khaththab menemui Abbas bin Abdul Muthalib. Umar menceritakan pengalaman buruknya dengan talang air itu. Umar menyarankan agar talang itu dicopot agar tak terjadi hal yang sama di waktu yang lain.
“Tapi, talang air itu dibangun oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,” ucap Abbas.
Umar pun tersadar dengan hal yang diingatkan Abbas tentang talang itu. Akhirnya, mereka pun sepakat untuk merapikan arah talang air itu, tanpa harus mencopotnya.
**
Salah satu bukti mencintai seseorang adalah menjaga warisannya. Bisa dengan menjaga keteladanannya, kebiasaan baiknya, pelajarannya, melestarikan apa yang telah ia bangun, termasuk menghormati anak dan keturunannya.
Jangan sebuah generasi baru abai dengan kebaikan yang telah dibangun pendahulunya. Padahal dengan melestarikannya, ada kebaikan dan keberkahan yang terus mengalir untuk yang mewariskan dan yang diwariskan. [Mh]