PROF. Dr. Syeikh Muhammad Salim Abu ‘Ashi, M.A. menyampaikan pemaparannya mengenai Islam dan Identitas Nasional dari afiliasi Agama menuju tanggung jawab sosial dalam seminar internasional yang diselenggarakan oleh Universitas Islam As-Syafi’iyah dengan MUI DKI Jakarta, pada Selasa (30/9/2025).
Cinta tanah air itu adalah hal yang sangat penting dan saya berdiri di depan kali ini tidak hanya berdakwah saja, tidak hanya memberikan kalam-kalam yang berupa dakwah saja, tetapi kita perlu untuk lebih mendalami tema yang akan kita angkat kali ini.
Karena kenapa? Karena tema ini sangat penting sekali karena di dalamnya terdapat identitas setiap manusia.
Sebelum itu mari kita lihat dan kita perhatikan apa itu Islam, tetapi pemahaman tentang Islam pada saat ini sebagaimana yang kita tahu itu sangatlah rancu dikarenakan orang-orang itu memahami Islam sebagaimana yang apa mereka suka, akan tetapi Islam yang saya inginkan adalah Islam yang di dalamnya mengandung moral-moral kemanusiaan.
Islam yang di dalamnya itu adalah berlandaskan Al-quran dan As-Sunnah Islam yang di dalamnya itu terdapat akhlak-akhlak yang mulia.
Baca juga: MUI DKI Jakarta dan UIA Gelar Seminar Internasional Bahas Islam dan Identitas Nasional
Islam dan Identitas Nasional Menurut Prof. Dr. Syeikh Muhammad Salim Abu Ashi, M.A.
Islam yang di dalamnya bisa kita praktekkan sehingga kita bisa mendapatkan kebahagiaan dunia dan di akhirat.
Itulah Islam yang kita inginkan, kemudian identitas seorang manusia itu adalah fitrah, yaitu fitrah yang Allah subhanahu wa taala ciptakan.
Maka setiap manusia bagaimanapun dia berada dia pasti sangat mencintai, mana dari itu lahir di dalamnya itu adalah fitrah yang Allah subhanahu wa taala berikan.
Sekarang mari kita masuk dalam perspektif dari berbagai hal, sebagai mahasiswa tentunya kita tahu baik itu mahasiswa Agama ataupun non Agama bahwa ada yang namanya materi yang diturunkannya Syariah.
Maka ketika ada di sini kita tahu bahwasanya ketika Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan kepada kita suatu hal, maka di dalamnya akan terdapat suatu maslahat, baik itu maslahat di dunia ataupun di akhirat.
Begitu juga ketika Allah subhanahu wa ta’ala melarang kita terhadap sesuatu, maka tentunya di dalamnya ada namanya kerusakan yang akan timbul ketika kita melakukan hal tersebut.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Yang dimaksud dari syariat disini itu bukanlah Islam saja, akan tetapi juga syariat-syariat yang sudah Allah subhanahu wa ta’ala turunkan sebelumnya.
Ketika zaman sudah berkembang para peneliti menambahkan satu hal yaitu menjaga terhadap tanah kelahiran atau negara akan tetapi saya berpendapat kalau semisal tidak ada negara atau tidak ada tempat tinggal bagaimana kita itu bisa merealisasikan.
Maka syariah yang tadi kalau semisal kita itu tidak punya negara atau tidak punya wadah di mana kita ditinggal bagaimana kita itu bisa menjaga agama.
Kalau tidak ada negara ataupun tidak ada tempat di mana kita tinggal bagaimana kita itu bisa menjaga kehidupan atau menjaga diri begitu juga seterusnya.
Maka dari sini kita tahu bahwasanya suatu tempat atau negara di mana tempat kita tinggal itu adalah sebuah wadah agar kita itu bisa mempraktekkan atau mengaplikasikan. [Din]