LEBIH dari 700 warga Palestina dilaporkan gugur dalam beberapa minggu terakhir saat mencoba memperoleh bantuan makanan di Jalur Gaza, berdasarkan data terbaru dari Kementerian Kesehatan setempat.
Tragedi ini memicu kecaman internasional terhadap program distribusi bantuan yang disponsori oleh Amerika Serikat dan Israel melalui Gaza Humanitarian Foundation (GHF).
Menurut laporan yang dirilis pada Sabtu, 5 Juli 2025, sebanyak 743 warga Palestina meninggal dan lebih dari 4.891 lainnya mengalami luka-luka saat mendatangi titik distribusi bantuan yang dikelola GHF.
Organisasi tersebut mulai beroperasi pada akhir Mei, namun sejak itu menerima banyak kritik, termasuk tuduhan bahwa kontraktor dan pasukan Israel menembaki warga yang sedang mengantre bantuan.
Jurnalis Al Jazeera, Hani Mahmoud, yang melaporkan dari Gaza, menyebutkan bahwa angka tersebut kemungkinan merupakan estimasi minimal.
Ia menambahkan bahwa kekerasan terjadi ketika ribuan keluarga putus asa mencoba mencari makanan di tengah blokade ketat Israel yang menyebabkan kelangkaan ekstrem.
“Warga benar-benar kelaparan. Banyak ibu yang rela tidak makan demi anak-anak mereka,” ujar Mahmoud.
Sebuah laporan dari Associated Press sebelumnya mengutip dua kontraktor Amerika yang menyatakan bahwa amunisi tajam dan granat kejut digunakan terhadap warga sipil di lokasi GHF.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Mereka menyebut para staf bersenjata tampaknya bertindak sesuka hati. GHF membantah tuduhan itu dan menyatakan bahwa keselamatan di lokasi distribusi menjadi prioritas utama mereka.
Pemerintah AS di bawah Presiden Donald Trump tetap mendukung GHF.
Juru bicara Departemen Luar Negeri bahkan menyebut kelompok itu sebagai satu-satunya pihak yang berhasil menyalurkan bantuan ke Gaza.
Pemerintah AS juga telah menjanjikan dana sebesar $30 juta untuk mendukung operasional GHF.
Pada Sabtu lalu, GHF melaporkan dua pekerja asal AS terluka dalam serangan granat di salah satu lokasi distribusi di Khan Younis, Gaza selatan.
Keduanya sedang dirawat dan dilaporkan dalam kondisi stabil. Belum diketahui siapa pelaku penyerangan tersebut.
Lebih dari 700 Warga Palestina Gugur saat Mencari Bantuan di Gaza
Berbagai organisasi kemanusiaan dan hak asasi manusia, termasuk Amnesty International, menyerukan agar operasi GHF dihentikan.
Mereka menuding GHF menciptakan zona distribusi yang berbahaya, termiliterisasi, dan penuh kekerasan bagi dua juta warga Gaza.
Amnesty bahkan menyebut program tersebut sebagai bentuk “militerisasi yang mematikan dan tidak manusiawi”, serta menduga GHF digunakan untuk menutupi dugaan kejahatan perang oleh Israel.
Meski demikian, warga Gaza yang menderita akibat blokade menyatakan tidak punya alternatif lain untuk bertahan hidup.
Baca juga: Warga Gaza yang Dikepung Israel Mengubah Sampah Plastik Menjadi Bahan Bakar
Majid Abu Laban, salah satu korban selamat, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa ia terpaksa pergi ke pusat distribusi karena anak-anaknya belum makan selama tiga hari.
“Kami mencoba menenangkan anak-anak kami dengan berbagai cara, tapi rasa lapar mereka tak bisa dibohongi,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa saat mencoba mengakses titik bantuan di Netzarim—koridor distribusi yang dijaga militer Israel—kerumunan disambut tembakan artileri, memicu kekacauan dan kepanikan.
“Semua orang hanya berusaha bertahan hidup,” katanya.[Sdz]