EMPATI itu kemampuan diri memahami kekurangan orang lain. Sayangnya, tak banyak yang punya sifat ini.
Alkisah, ada seorang buta yang biasa berjalan kaki saat malam. Karena sudah biasa, ia melaluinya dengan santai.
Yang menarik dari perjalanannya di saat malam adalah pada lampu yang selalu ia pegang.
Suatu kali, sekelompok remaja terheran dengan tingkah orang buta ini. Mereka memastikan bahwa orang yang membawa lampu adalah memang benar orang buta.
Setelah yakin, mereka justru tertawa. Bukan berempati.
“Kenapa kalian tertawa?” ucap orang buta mendengar suara para remaja itu mentertawainya.
“Ya gimana kami gak tertawa, apa gunanya lampu yang kau pegang kalau matamu buta,” ucap salah seorang dari remaja itu.
Dengan tenang orang buta itu menjawab, “Aku membawa lampu bukan untukku. Tapi untuk kalian yang tidak buta agar tidak menabrakku,” ungkapnya.
Sontak para remaja itu terdiam. Mereka menyadari telah melakukan kesalahan.
**
Kadang, empati bukan datang dari yang mampu ke yang tidak mampu. Sebaliknya, empati bisa datang dari yang kurang kepada yang berlebih.
Belajarlah untuk mengasah empati kita. Karena tidak selamanya kita berada dalam keadaan mampu dan bisa. [Mh]