MERAJUT pengertian dan pemahaman ditulis oleh Cahyadi Takariawan seorang Konselor Ketahanan Keluarga dan pendiri Wonderful Family Institute.
Salah satu faktor penting yang menjadi kunci kebahagiaan hidup berumah tangga adalah ketemunya chemistry penyatuan jiwa suami dan istri.
Setelah menikah, mereka menjadi satu jiwa yang utuh, saling terikat dengan rumus yang tepat, sehingga tidak ada godaan yang bisa memisahkan mereka.
Saya menyebut kondisi ini dengan “kesejiwaan”, suami dan istri yang sudah menemukan chemistry hubungan dan memiliki ikatan yang kokoh (mitsaqan ghalizha) tak terpisahkan.
Untuk mencapai situasi kesejiwaan ini tidak mudah, walaupun juga tidak susah.
Hanya memerlukan kesabaran dalam melalui prosesnya yang tampak rumit.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Langkah pertama adalah berusaha saling mengerti dan memahami.
“Takkenal maka tak sayang”, demikian pepatah mengatakan.
Salah satu penyebab munculnya kendala komunikasi pasangan suami istri adalah tidak adanya saling pengertian dan pemahaman satu dengan yang lain.
Suami tidak memahami karakter isteri, dan isteri tidak memahami karakter suami.
Untuk itu suami dan istri harus saling memahami karakter, sifat, kepribadian dan kondisi diri dan pasangan.
Kita sudah mengetahui bahwa laki-laki dan perempuan diciptakan Allah dalam kondisi yang khas, berbeda satu dengan yang lainnya.
Kromosom mereka berbeda, hormon yang berkembang dalam tubuh mereka berbeda, struktur otak mereka juga berbeda.
Wajar jika karakter dan watak mereka pun berbeda.
Merajut Pengertian dan Pemahaman
Baca juga: Hakikat Cinta dan Kasih Sayang Suami Istri
Laki-laki dan perempuan diberi akal dan hati dengan segala macam potensinya.
Bukan karena laki-laki ia menjadi pandai, tetapi siapapun (baik laki-laki maupun perempuan) yang menggunakan kemampuan akalnya secara optimal bisa menjadi pandai.
Namun kebanyakan laki-laki cenderung menggunakan akalnya untuk menyelesaikan masalah, dan perempuan cenderung menggunakan perasaan.
Ini berkaitan dengan kecenderungan pemanfaatan potensi-potensi tersebut.
Di antara faktor yang membangun kebahagiaan keluarga adalah orientasi.
Yang dimaksud dengan orientasi adalah apa yang sangat kalian inginkan.
Dalam kehidupan rumah tangga, bagi seorang muslim, orientasi kita bukanlah kebahagiaan.
Menikah bukan sekadar karena “Aku suka kamu dan kamu suka aku,” bukan sekadar “Aku cinta kamu dan kamu cinta aku,” bukan sekadar karena “Aku mau sama kamu dan kamu mau sama aku.”
Bukan juga sekadar tentang impian bahagia hidup bersama.
Namun, orientasi kita dalam hidup berumah tangga adalah keberkahan.[Sdz]