CINTA ibu sepanjang jalan, tapi cinta anak hanya sepanjang tiang.
Alkisah di masa seorang raja yang bijaksana ada keributan antara dua ibu. Keduanya ribut karena sama-sama mengakui sebagai ibu asli dari seorang bayi.
“Ini bayiku!” ujar seorang ibu.
“Tidak. Ini bayiku. Aku ibu aslinya!” balas ibu yang satunya.
Hal ini dilaporkan ke Raja untuk diselesaikan. Setelah kedua ibu dan sang bayi itu di hadapannya, Raja memerintahkan untuk memotong sang bayi menjadi dua bagian.
“Satu bagian untuk ibu ini, dan satu bagiannya lagi untuk ibu itu!” titah sang Raja.
Kedua ibu itu terperanjat dengan kebijakan itu. Tapi, keduanya bereaksi sangat berbeda.
Seorang ibu mengatakan, “Ya, aku setuju dengan keputusan itu. Rasanya adil!”
Ibu yang satunya lagi justru menangis. Ia berujar, “Baiklah, anak ini silakan menjadi miliknya, asal ia tidak dipotong dua.”
Setelah menyimak reaksi kedua ibu itu, Raja memerintahkan petugas untuk menangkap ibu yang setuju memotong bayi menjadi dua bagian.
“Tangkap ibu itu! Ia bukan ibu yang asli. Karena, tak mungkin seorang ibu rela membiarkan buah hatinya menderita,” ungkap sang Raja. Dan, kasus pun dianggap tuntas.
**
Ibu memiliki cinta yang luar biasa. Tidak heran jika rahim diikatkan pada diri seorang ibu. Rahim merupakan wadah di mana cinta ibu bersemi pada buah hati. Dan rahim pula yang mengikatkan persaudaraan umat manusia pada sosok seorang ibu.
Cinta ibu tanpa ujung. Semua yang dimiliki sang ibu menjadi milik buah hatinya. Termasuk, jiwa dan raganya.
Semoga tidak terdengar ada seorang anak yang menghitung-hitung harga sebuah benda ketika ia hadiahkan untuk ibu. Apa pun pemberian seorang anak pada ibu takkan pernah senilai dengan yang ia terima dari ibu. Berapa pun nilainya. [Mh]