SIAPAKAH pemimpin yang adil itu? Ustaz Farid Nu’man Hasan menerangkan bahwa Al Hafizh Ibnu Hajar Rahimahullah menjelaskan tentang pemimpin yang adil:
وأحسن ما فسر به العادل أنه الذي يتبع أمر الله بوضع كل شيء في موضعه من غير إفراط ولا تفريط
Tafsir terbaik tentang pemimpin yang adil adalah orang yang mengikuti perintah Allah dengan meletakkan segala sesuatu pada tempatnya tanpa berlebihan dan menguranginya. (Fathul Bari, 2/145, 1379H. Darul Ma’rifah Beirut).
Jadi, syarat utama pemimpin adil (Al Imam Al ‘Aadil) adalah mengikuti perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan perintah Allah yang paling utama adalah iman kepada-Nya, mentauhidkan-Nya, bukan kufur kepada-Nya, dan tidak menyembah selain-Nya, apalagi menista wahyu-Nya.
Di sisi ini, maka pemimpin kafir itu tidak mungkin adil, justru Allah menyebut mereka sebagai orang-orang zalim, sebagaimana Allah berfirman:
وَالْكَافِرُونَ هُمُ الظَّالِمُونَ
Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim. (QS. Al Baqarah: 254).
Islam Memuliakan Mereka Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ، يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ:الإِمَامُ العَادِلُ
Ada tujuh manusia yang akan Allah naungi dalam naunganNya di hari yang tidak ada naungan selain naungan-Nya, yaitu pemimpin yang adil. (HR. Muttafaq ‘Alaih).
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
ثَلَاثَةٌ لَا تُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ: الْإِمَامُ الْعَادِلُ، وَالصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ، وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ
Ada tiga manusia yang doanya tidak ditolak, yaitu pemimpin yang adil, orang berpuasa sampai dia berbuka, dan doa orang teraniaya. (HR. Ahmad No. 8043. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan: shahih. Ta’liq Musnad Ahmad No. 8043).
Oleh karena itu, di antara ajaran para salafus shalih adalah mendoakan para pemimpin agar tetap on the track, yaitu hidayah Allah, kebaikan, dan memimpin dengan keadilan.
Dan, sumber keadilan yang tertinggi itu adalah Al Quran dan As Sunnah.
Oleh karena itu, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah menjelaskan dengan begitu apik:
Mulianya Pemimpin yang Adil
“Wajib diketahui, bahwa kekuasaan kepemimpinan yang mengurus urusan manusia termasuk kewajiban agama yang paling besar, bahkan agama dan dunia tidaklah tegak kecuali dengannya. Segala kemaslahatan manusia tidaklah sempurna kecuali dengan memadukan antara keduanya (agama dan kekuasaan), di mana satu sama lain saling menguatkan. Dalam perkumpulan seperti inilah diwajibkan adanya kepemimpinan, sampai-sampai Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan, “Jika tiga orang keluar bepergian maka hendaknya salah seorang mereka menjadi pemimpinnya.” Diriwayatkan Abu Daud dari Abu Said dan Abu Hurairah.
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya dari Abdullah bin Amru, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
“Tidak halal bagi tiga orang yang berada di sebuah tempat di muka bumi ini melainkan mereka menunjuk seorang pemimpin di antara mereka.”
Baca juga: Cara Memilih Pemimpin, antara Amanah tapi Kurang Profesional atau Profesional tapi Kurang Amanah
Rasulullah mewajibkan seseorang memimpin sebuah perkumpulan kecil dalam perjalanan, demikian itu menunjukkan juga berlaku atas berbagai perkumpulan lainnya.
Karena Allah Ta’ala memerintahkan amar ma’ruf dan nahi munkar, dan yang demikian itu tidaklah sempurna melainkan dengan kekuatan dan kepemimpinan.
Demikian juga kewajiban Allah lainnya seperti jihad, menegakkan keadilan, haji, shalat Jumat hari raya, menolong orang tertindas, dan menegakkan hudud.
Semua ini tidaklah sempurna kecuali dengan kekuatan dan imarah (kepemimpinan).
Oleh karena itu diriwayatkan, “Sesungguhnya sultan adalah naungan Allah di muka bumi.”
Juga dikatakan, “Enam puluh tahun bersama pemimpin zalim masih lebih baik dibanding semalam saja tanpa pemimpin.”
Pengalaman membuktikan hal itu. Oleh karena itu, para salaf seperti Al Fudhail bin ‘Iyadh dan Ahmad bin Hambal serta yang lain mengatakan, “Seandainya kami memiliki doa yang mustajab, niscaya akan kami doakan pemimpin.” (Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, As Siyasah Asy Syar’iyyah, Hal. 169. Mawqi’ Al Islam).[Sdz]