IBUNDA Siti Khadijah Radhiyallahu ‘Anha merupakan istri yang paling dicintai Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Bahkan, selama 25 tahun pernikahan mereka, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak pernah menikah dengan perempuan lain.
Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam baru menikah lagi setelah Siti Khadijah Radhiyallahu ‘Anha meninggal pada hari kesebelas Ramadhan tahun ke-10 kenabian, atau sekitar tahun 619 Masehi di Mekah sebelum hijrah.
Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menikah dengan Saudah Radhiyallahu ‘Anha dan setelah itu menikah dengan Aisyah binti Abu Bakar As-Shiddiq.
Aisyah merupakan satu-satunya istri Nabi Muhammad yang masih gadis, sementara yang lain berstatus janda.
Dalam sebuah riwayat, Aisyah pernah mengungkapkan bahwa alasan pernikahannya dengan Nabi Muhammad berawal dari mimpi nabi Muhammad didatangi Jibril yang membawa secarik kain sutra dengan gambar Aisyah.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Mimpi tersebut datang sebanyak tiga kali berturut-turut, yang menjadi salah satu alasan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memutuskan untuk menikahi Aisyah Radhiyallahu ‘Anha.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
“Aku melihatmu (Aisyah) dalam mimpiku selama tiga malam. Malaikat datang membawamu dengan mengenakan pakaian sutra putih. Malaikat itu berkata, ‘Ini adalah istrimu’. Lalu kusingkapkan penutup wajahmu, ternyata itu adalah dirimu. Aku bergumam, ‘Seandainya mimpi ini datangnya dari Allah, pasti akan menjadikannya nyata’.”(HR. Bukhari dan Muslim).
Aisyah Radhiyallahu ‘Anha hidup bersama Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kurang lebih sembilan tahun hingga Nabi wafat.
Mereka mengarungi bahtera rumah tangga dengan penuh keridhaan dan kasih sayang.
Kekasih Rasulullah (1)
Aisyah memiliki kedudukan dan keistimewaan tersendiri di hati Nabi.
Ia juga begitu dicintai Nabi sehingga sebagian sahabat menyebutnya dengan ‘kekasih Rasulullah’.
Pada suatu kesempatan, Aisyah pernah bertanya perihal bagaimana cinta Nabi kepadanya.
Beliau menjawab, cintanya kepada Aisyah itu seperti ‘simpul tali’ yang tidak pernah berubah.
Atas hal itu, Nabi Muhammad meminta kepada para sahabatnya agar juga mencintai Aisyah dan tidak menyakitinya.
Aisyah dan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kerap kali bermanja-manjaan, baik melalui ucapan maupun tindakan.
Nabi seringkali memanggil Aisyah dengan panggilan sayang seperti Humaira, bentuk kata yang bermakna sesuatu yang mungil untuk memanjakan dan menunjukkan kecintaan.
Baca juga: Ummu Sulaim dan Abu Thalhah Sepasang Kekasih yang ‘Kaya Raya’
Humairah berasal dari kata hamra yang berarti putih kemerah-merahan.
Nabi terkadang juga menyapa Aisyah dengan ‘Aisy’, dengan gaya bahasa tarkhim membuang huruf terakhir untuk menunjukkan kemanjaan dan kesayangan.
Ketika istrinya tersebut marah. Nabi mencubit hidungnya dan memanggilnya dengan Uways (panggilan kecil Aisyah).
Dalam suatu hadits riwayat Bukhari, Muslim, dan Ibnu Hibban, Sayyidah Aisyah Radhiyallahu ‘Anha mengaku pernah mandi junub bersama dengan Nabi.
Jadi tangan mereka bergantian mengambil air dari satu bejana.
Nabi juga pernah mencium Aisyah padahal keduanya tengah berpuasa di siang hari bulan Ramadhan.
Aisyah juga sering diajak Nabi Muhammad bermain-main.
Teman-temannya didatangkan ke rumah untuk bermain bersama.
Digendong Nabi di atas punggungnya ketika menonton pentas tari yang dimainkan Bani Arfadah pada hari raya.
Meski demikian, kehidupan rumah tangga Aisyah ra dan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga mengalami gelombang persoalan.
Tidak romantis terus-terusan dan berjalan tanpa masalah.
Karena cemburu, hoaks, hingga persoalan ekonomi menjadi bumbu rumah tangga mereka berdua.[Sdz]
Sumber: Serambi Ilmu dan Faidah