PROTES solidaritas dengan Palestina berlanjut di Universitas Columbia di New York City pada hari pertama semester musim gugur.
Para demonstran pada hari Selasa (03/09/2024) menuntut agar universitas memutuskan hubungan dengan Israel karena pembantaian di Gaza yang terkepung dan agar Tel Aviv menghentikan serangannya terhadap daerah kantong yang diblokade itu.
Mahasiswa Columbia untuk Keadilan di Palestina menulis di X bahwa universitas tersebut terlibat dalam genosida.
“Kami menolak untuk hidup di dunia di mana pembunuhan massal warga Palestina adalah hal yang normal, dapat diterima, dan menguntungkan. Universitas Columbia terlibat dalam genosida. Investasi mereka pada produsen senjata & kontraktor pertahanan, perusahaan seperti Lockheed Martin, memicu genosida,” kata kelompok mahasiswa tersebut.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Dalam unggahan berikutnya, para mahasiswa bersumpah akan melakukan demonstrasi lebih lanjut, dan menyebut protes baru-baru ini sebagai permulaan saja.
“Saat semester baru dimulai, mahasiswa di Gaza tidak memiliki universitas untuk dituju lagi. Alih-alih mendengarkan mahasiswa, Universitas Columbia justru semakin gencar. Kami tidak akan berhenti dan tidak akan beristirahat sampai Columbia menghentikan apartheid dan genosida. Ini baru permulaan,” imbuh mereka.
Protes tersebut berlanjut beberapa minggu setelah mantan presiden Minouche Shafik mengundurkan diri pada tanggal 14 Agustus, menyusul tindakan keras terhadap mahasiswa selama berbulan-bulan.
Aksi Protes pro-Palestina Kembali Terjadi di Universitas Columbia
Baca: Aktivis Pro-Palestina Akan Berpawai di Konvensi Demokrasi AS
Protes mahasiswa pro-Palestina meletus di kampus-kampus AS pada tanggal 17 April, ketika polisi menangkap mahasiswa di Universitas Columbia selama demonstrasi.
Saat protes menyebar di seluruh negeri, polisi menangkap ratusan mahasiswa. Dalam beberapa kasus, polisi bahkan menanggapinya dengan kekerasan.
Protes mahasiswa tersebut memicu demonstrasi serupa di negara lain, termasuk Kanada, Prancis, dan Inggris.
Saat protes terus berlanjut di berbagai universitas, Israel terus mengamuk di Gaza.
Sebagian besar wilayah kantong yang diblokade itu hancur menjadi puing-puing setelah pemboman Israel yang tiada henti yang telah menewaskan hampir 41.000 warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak.
Pembantaian Israel telah menyebabkan kekurangan besar-besaran berbagai kebutuhan, termasuk air, makanan, listrik, dan obat-obatan, yang semuanya meningkatkan penyebaran penyakit.[Sdz]