Standar Minimal Pendidikan Anak
KELUARGA adalah aset dan investasi untuk dunia dan akhirat. Tidak ada yang lebih utama bagi keluarga muslim selain berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi keluarga sakinah yang diridhoi dan diberkahi Allah.
Keluarga adalah sekolah bagi generasi masa depan. Pembentukan karakter, pengokohan aqidah, pembentukan ibadah dan akhlak, jiwa sosial dan jiwa pejuang dipengaruhi oleh kondisi keluarga.
Keluarga yang kokoh dan sakinah merupakan kondisi yang kondusif untuk menyiapkan generasi masa depan. Keluarga adalah basis utama dalam pembentukan masyarakat dan bangsa.
Baca Juga: Pendidikan Anak Harus Sukses di Tangan Orangtuanya
Standar Minimal Pendidikan Anak
Kalau keluarga itu tumbuh dengan baik maka akan sangat mudah untuk membangun bangsa dan negara yang maju dan berperadaban.
Ustazah Aan Rohana, seorang doktor dan memiliki delapan orang anak yang kesemuanya hafiz dan hafizah menceritakan bagaimana ia dan suaminya menyiapkan anak-anaknya.
Yang paling utama adalah menyiapkan visi anak-anak agar hidupnya dipersembahkan untuk pendidikan dan dakwah terhadap Al Qur’an.
Mereka harus bisa mewakafkan hidupnya untuk Islam dan umat Islam dengan dakwah pendidikan Al-Qur’an.
“Mereka bergabung bersama kami untuk mengelola pesantren keluarga,” tutur Ustazah.
Pemilik dan pengelola lima pesantren Al Qur’an yang tersebar di pulau Jawa ini mempunyai standar minimal dalam mendidik anak-anaknya.
Ia dan suaminya meyakini setiap anak itu punya potensi, mereka anugerah dari Allah. Dalam menyiapkan anak menuju masa depannya, setiap keluarga harus punya standar minimal yaitu fisik yang sehat dan kondisi jiwa yang juga sehat.
Jika sudah keduanya sehat, apa yang diinginkan orangtua dan kita mohonkan kepada Allah, Allah akan penuhi.
Setelah itu melakukan pengenalan kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Dalam bentuk, shalat 5 waktu, tidak merokok, pergaulannya baik.
Jika keluarga kokoh, maka ketika anak terkontaminasi dengan pergaulan yang tidak baik, dia akan kembali kepada keluarga.
Setelah itu doa orangtua agar anak dibukakan hatinya untuk mudah menerima Al-Qur’an, cinta kepada ilmu dan bacaan.
Masa yang berat dalam pendidikan anak adalah pada masa remaja. Karena faktor pergaulan dan pemahaman agama yang belum kokoh. Jalan keluarnya kita harus meningkatkan komunikasi.
Ketika komunikasi dengan anak lancar maka anak akan mudah kembali kepada keluarga. Yang kedua jangan lepas dari doa agar dibukakan pintu hatinya.
Karena perubahan itu bergantung pada hatinya, maka mintalah pada Allah agar mengokohkan hatinya. (May/Ln)