TETAP setia di masa sulit, ada dalam kisah sejarah Islam.
الَّذِيْنَ اتَّبَعُوْهُ فِيْ سَا عَةِ الْعُسْرَةِ
“Orang-orang yang mengikuti Nabi pada masa sulit.” (QS. At-Taubah: 117).
Penggal ayat ini mengajarkan sejumlah nilai tarbiyah dan dakwah, diantaranya:
Tidak ada yang bisa selamat dan sukses menghadapi masa-masa sulit dan ujian berat dalam kehidupan dan perjuangan dakwah kecuali orang-orang yang memiliki hubungan yang kuat dengan Allah dan hubungan sosial yang baik dengan sesama manusia. Firman Allah:
ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ اَيْنَ مَا ثُقِفُوْۤا اِلَّا بِحَبْلٍ مِّنَ اللّٰهِ وَحَبْلٍ مِّنَ النَّا سِ
“Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka (berpegang) pada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia.”(QS. Ali ‘Imran: 112).
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Orang-orang yang benar dan jujur di jalan dakwah tetap setia, taat dan patuh kepada pimpinan dakwah ketika menghadapi situasi sulit.
Sebagaimana sikap para sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam seusai perang Uhud.
Mereka merespons seruan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan segera berangkat ke Hamra’ al-Asad sekalipun dalam keadaan terluka.
Bahkan sahabat yang lukanya lebih parah bertopang kepada sahabat yang lukanya lebih ringan, dalam rangka menaati seruan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk berangkat ke Hamra’ al-Asad.
Ungkapan ayat ساعة / “pada masa sulit”, mengisyaratkan, apa pun ujian berat dan kesulitan yang dihadapi para da’i sesungguhnya ujian berat atau masa-masa sulit itu hanya sebentar dan akan segera berlalu.
Baca juga: Kita Bisa Melewati Masa Sulit
Tetap Setia di Masa Sulit
Ini bisa meringankan penderitaan yang dirasakan oleh jiwa dan memberikan sentuhan kelembutan kepada hati para da’i dalam menghadapi masa-masa sulit di jalan dakwah.
Masa-masa sulit dalam dakwah harus dihadapi dan diisi dengan amal bukan berbantahan, saling menyatu dan menjaga soliditas bukan saling mencela dan menyalahkan, patuh dan tunduk bukan menggerutu dan membangkang.
Sikap ini ditunjukkan para sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di perang Uhud sekalipun mereka menghadaoi ujian berat.
Ibnu Hisyam menyebutkan dalam bukunya (as-Sirah an-Nabawiyah):
“Tidak ada dua orang sahabat yang saling mencela dalam peristiwa tersebut.”
Ujian berat seharusnya menempa jiwa para dai dan mendorong mereka untuk bangkit memikul beban-bebannya, bukan menghindarinya.
Karena pengalaman menghadapi berbagai kesulitan ini bisa meningkatkan kemampuan mereka untuk menghadapi peluang-peluang dan tantangan-tantangan yang lebih besar di masa mendatang.
Berbagai kesulitan dalam dakwah bisa mengungkap berbagai rahasia yang tersembunyi di dalam hati.
Orang yang ikhlas akan menghadapi berbagai kesulitan dengan ringan hati dan ridha.
Orang yang tidak ikhlas akan banyak berkeluh kesah, mencela dan menyalahkan sana-sini.[Sdz]
Sumber: Serambi Ilmu dan Faidah