LARANGAN meminta-minta dalam Islam adalah hal yang jelas.
Islam melarang umatnya bermentalitas peminta-minta, lemah, malas gerak, dan hanya menunggu uluran tangan manusia.
Apalagi jika meminta-minta menjadi profesi seperti yang kita lihat di jalan-jalan.
Dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
مَا زَالَ الرَّجُلُ يَسْأَلُ النَّاسَ، حَتَّى يَأْتِيَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَيْسَ فِيْ وَجْهِهِ مُزْعَةُ لَحْمٍ.
“Seseorang terus menerus meminta-minta kepada orang lain, sampai pada hari kiamat dia datang dalam keadaan tidak ada segenggam daging pun di wajahnya.” (HR. Muttafaq ‘Alaih).
Menurut Imam Ath Thibi, ancaman dalam hadits ini adalah bagi mereka yang meminta-minta harta manusia secara berulang-ulang dan untuk memperbanyak harta, bukan meminta karena adanya kebutuhan.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Ada pun meminta-minta karena ada kebutuhan yang mendesak, bukan profesi, bukan pula untuk memperbanyak harta, maka hal itu dibolehkan berdasarkan Al-Quran dan As Sunnah.
Allah Ta’ala berfirman:
لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آَمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَآَتَى الْمَالَ عَلَى حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآَتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ أُولَئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa. (QS. Al Baqarah (2): 177).
Larangan Meminta-minta dalam Islam
Dalam hadits, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
للسائل حق وإن جاء على فرس
Bagi orang yang meminta ada hak walau dia datang dgn menunggang kuda. (HR. Abu Ya’la no. 6784, Syaikh Husein Salim Asas: sanadnya jayyid).
Dalam hadits shahih yang lain disebutkan tiga keadaan bolehnya meminta-minta kepada manusia:
يَا قَبِيْصَةُ، إِنَّ الْـمَسْأَلَةَ لَا تَحِلُّ إِلَّا لِأَحَدِ ثَلَاثَةٍ : رَجُلٍ تَحَمَّلَ حَمَالَةً فَحَلَّتْ لَهُ الْـمَسْأَلَةُ حَتَّى يُصِيْبَهَا ثُمَّ يُمْسِكُ، وَرَجُلٍ أَصَابَتْهُ جَائِحَةٌ اجْتَاحَتْ مَالَهُ فَحَلَّتْ لَهُ الْـمَسْأَلَةُ حَتَّى يُصِيْبَ قِوَامًا مِنْ عَيْشٍ –أَوْ قَالَ : سِدَادً مِنْ عَيْشٍ- وَرَجُلٍ أَصَابَتْهُ فَاقَةٌ حَتَّى يَقُوْمَ ثَلَاثَةٌ مِنْ ذَوِي الْحِجَا مِنْ قَوْمِهِ : لَقَدْ أَصَابَتْ فُلَانًا فَاقَةٌ ، فَحَلَّتْ لَهُ الْـمَسْأَلَةُ حَتَّى يُصِيْبَ قِوَامًا مِنْ عَيْش ٍ، –أَوْ قَالَ : سِدَادً مِنْ عَيْشٍ- فَمَا سِوَاهُنَّ مِنَ الْـمَسْأَلَةِ يَا قَبِيْصَةُ ، سُحْتًا يَأْكُلُهَا صَاحِبُهَا سُحْتًا.
“Wahai Qabiishah! Sesungguhnya tidak halal meminta-minta, kecuali bagi salah satu dari tiga orang ini:
1. Seseorang yang menanggung hutang orang lain, dia boleh meminta-minta sampai lunas, kemudian berhenti.
2. Seseorang yang kena musibah yang menghabiskan hartanya, dia boleh meminta-minta sampai dia dapat sumber penghidupan.
3. Seseorang yang ditimpa kesengsaraan hidup sehingga ada tiga orang yang berakal dari kaumnya mengatakan, ‘Si fulan hidupnya sengsara.’ Dia boleh meminta-minta sampai dapat pegangan bagi nafkahnya.
Meminta-minta selain untuk ketiga hal itu, wahai Qabishah! Adalah terlarang, dan orang yang memakannya adalah memakan yang haram”. (HR. Muslim, Abu Daud, dll. Shahih).
Baca juga: Etika Meminta
Maka, tetaplah terhormat dengan qaadiran ‘alal kasbi (mampu menafkahi diri sendiri) dan keluarga.
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الْكَسْبِ أَطْيَبُ قَالَ عَمَلُ الرَّجُلِ بِيَدِهِ وَكُلُّ بَيْعٍ مَبْرُورٍ
“Wahai Rasulullah, mata pencaharian apakah yang paling baik?” beliau bersabda: “Pekerjaan seorang laki-laki dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang mabrur.” (HR. Ahmad).[Sdz]
Sumber: Madrasatuna