Lelah Beribadah tapi Sia-sia
SYARAT diterimanya amal adalah ikhlas dan sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an dan hadis. Sebesar apapun amal seseorang, jika tidak ikhlas, maka perbuatan itu tidak akan ada nilainya.
وَقَدِمْنَا إِلَىٰ مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا
“Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan.” (QS Al-Furqan: 23)
Ibnul Mubarak berkata:
رب عمل صغير تعظمه النية، ورب عمل كبير تصغره النية
“Betapa banyak amalan yang kecil menjadi besar (pahalanya) karena sebab niat. Dan betapa banyak amalan yang besar menjadi kecil (pahalanya) karena sebab niat.” (Al-Jami’ Ulum wal Hikam).
Baca Juga: Mendidik Anak Beribadah agar Tidak Terlewat
Lelah Beribadah tapi Sia-Sia
Seluas apapun keikhlasan seorang hamba dalam beramal, jika tidak sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya, maka amal tersebut akan tertolak. Amal yang tertolak bagaikan seseorang yang datang ke tempat penukaran uang saat ia berada di luar negeri, dan ketika ia ingin menukarnya ternyata uangnya palsu.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam agama kami ini yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak.” (HR. Bukhari no. 20 dan Muslim no. 1718)
Dalam kitab Bahru Ad-Dumu karya Ibnul Jauzi disebutkan riwayat dari Said bin Jubair bahwa seorang hamba datang pada hari kiamat lalu diberikan catatan amalnya. Namun, dia tidak melihat shalatnya atau puasanya dalam catatan tersebut. Dia juga tidak melihat amal-amal shalihnya sehingga dia berkata,
“Ya Allah, ini bukan catatan amalku. Aku memiliki amal-amal shalih yang tidak ada dalam catatan amal ini.” Maka dikatakan kepadanya, “Tuhanmu tidak alpa dan tidak lupa karena gunjinganmu kepada manusia.”
Syaikh Adam Syarqowi berkata, “Berhati-hatilah untuk beribadah kepada Allah untuk orang lain. Jangan sampai kebaikan Anda jatuh ke tangan orang yang Anda patahkan hatinya, orang yang hartanya Anda makan, orang yang kehormatannya Anda lecehkan, dan orang yang pekerjaannya Anda curi.”
Demikian semoga kita tidak menjadi orang yang “muflis” (bangkrut) di hari perhitungan kelak, karena kita mati dalam keadaan membawa hak-hak orang yang belum kita selesaikan.
Pemateri: Ustaz Faisal Kunhi M.A