Kisah Ibunda yang mengasuh Rasulullah. Rasulullah bersabda, “Ummu Aiman adalah ibuku sesudah ibuku.” Ummu Aiman adalah sosok wanita yang sering meratap dan menangis, banyak berpuasa dan qiyamulail, dan yang hijrah dengan berjalan kaki.
Allah telah memberinya minum yang membuatnya tidak pernah merasa kehausan, yakni minuman langit yang menyembuhkan dan mencukupi baginya. Ummu Aiman bercerita, “Rasulullah pernah menginap di rumahku.
Baca juga: Kisah Assassin, Sekte Pembunuh pada Masa Shalahudin Al Ayyubi
Kisah Ibunda yang mengasuh Rasulullah (1)
Pada tengah malam beliau bangun dan buang air kecil dalam sebuah bejana. Setelah itu, aku pun terbangun dalam keadaan kehausan. Tanpa melihat apa yang ada dalam tembikar itu, aku langsung meminumnya.
Keesokan harinya, Rasulullah bersabda: ‘Wahai Ummu Aiman, buanglah yang ada dalam bejana itu!” Aku pun menjawab: ‘Wahai Rasulullah, demi Tuhan yang telah mengutusmu dengan membawa kebenaran, aku telah meminum apa yang ada dalam bejana itu.’ Rasulullah tertawa hingga gerahamnya terlihat. Selanjutnya, beliau bersabda: ‘Sungguh perutmu tidak akan pernah sakit selamanya’.”
Ia adalah Barakah binti Tsa labah bin Amar bin Hishn bin Malik bin Salamah bin Umar bin Nu’mân al-Habasyiyyah. Barakah binti Tsa labah dinikahi oleh Ubaid bin Hârits al-Khazraji setelah dimerdekakan oleh Rasulullah.
Dari pernikahan ini, Barakah mendapat seorang putra bernama Aiman dan Aiman bin Ubaid bin 1 lârits al-Khazraji ini memiliki pengaruh besar bagi Islam. Ia ikut melakukan hijrah, berperang, dan berjuang bersama Rasulullah hingga gugur sebagai syahid dalam Perang Hunain.
Ummu Aiman adalah salah seorang budak Abdullah bin Abdul Muththalib, ayahanda Nabi Muhammad. Ketika siti Aminah melahirkan Rasulullah, sepeninggal ayahandanya, Ummu Aiman mengambil dan merawat beliau hingga dewasa. Ummu Aiman mendidik Rasulullah dengan baik dan tulus.
Karena itu, Rasulullah bersabda, “Ummu Aiman adalah ibuku sesudah ibuku.” Bahkan, saat berbicara dengannya, Rasulullah selalu memanggilnya dengan panggilan: “Wahai ibuku.”
Sesudah menikah dengan sayyidah Khadijah, Rasulullah memerdeka- kan Ummu Aiman. Hal ini sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan atas ketulusan dan kebaikannya dalam mendidik beliau.
Baca juga: Kisah Jad, Anak Yahudi yang Mengislamkan Jutaan Warga Afrika
Ummu Aiman mengumumkan dirinya masuk Islam sejak masa awal dakwah dan menjadi muslimah yang baik. Dengan demikian, ia termasuk salah satu wanita pertama yang ikut hijrah ke Habasyah dan ke Madinah, serta mendukung Rasulullah.
Demikianlah, Ummu Aiman telah merasakan begitu banyak siksaan dan penindasan dari kaum musyrikin karena keislamannya yang begitu dini. Walaupun demikian, Allah memberikan keteguhan kepadanya untuk berpegang teguh pada iman dan Islam. Ia sama sekali tak tergoyahkan oleh berbagai persoalan maupun cobaan.
Ketika kaum musyrikin semakin keras dalam menyiksa dirinya beserta orang-orang yang masuk Islam bersamanya, Rasulullah mengizinkan mereka untuk hijrah ke negeri Habasyah. Dengan demikian, Ummu Aiman merupakan salah seorang wanita yang hijrah untuk menyelamatkan agama- nya dari kezaliman dan penyiksaan kaum musyrikin.
Ketika kembali ke Mekah al-Mukarramah, Ummu Aiman tidak lagi menghiraukan dirinya dan bersabar dalam menghadapi cacian, ancaman, dan penyiksaan. l’ada akhirnya, datanglah pertolongan dari Allah. Ummu Aiman hijrah ke Madinah al- Munawwarah bersama orang-orang yang hijrah bersama Nabi Muhammad.
Pada saat hijrah ke Madinah al-Munawwarah itu, Ummu Aiman berpuasa, bangun malam, dan hijrah dengan berjalan kaki. Ia tidak memiliki sedikit pun bekal atau pun minuman hingga acapkali tersiksa oleh kehausan karena panas yang begitu menyengat di tengah sahara.
Ketika matahari tenggelam dan waktu berbuka tiba, Allah menurunkan karamah yang besar kepadanya dan tidak bisa terlihat oleh seorang pun yang berjalan bersamanya. Ketika itu Allah menurunkan sebuah ember dari langit berisi air yang diselimuti oleh cahaya putih.
Ummu Aiman segera mengambil ember itu dan meminum isinya hingga kenyang. Ummu Aiman berkata, “Sesudah itu, aku tidak pernah lagi merasa haus. Aku biasa berpuasa di bawah terik matahari dan tidak merasa haus.” Ummu Aiman juga menceritakan, “Aku berjalan berkeliling di bawah terik matahari agar merasa haus, tetapi aku tidak pernah merasa haus.”
Ummu Aiman memiliki kedudukan istimewa di sisi Rasulullah karena ia-lah satu-satunya keluarga beliau yang masih hidup. Hal ini ditegaskan dengan sabda Rasulullah setiap kali melihat Ummu Aiman. Rasulullah bersabda, “Ini adalah Ahli Baitku yang masih ada.
“Selain itu, Rasulullah juga telah memberinya kabar gembira dengan kedudukan agung di surga. Beliau bersabda, “Siapa yang ingin menikahi seorang wanita penduduk surga maka hendaklah ia menikahi Ummu Aiman.”19 Ketika sabda Rasulullah ini terdengar oleh Zaid bin Hâritsah, ia segera meminang Ummu Aiman kepada Rasulullah dan beliau pun segera menikahinya. Dari perkawinan ini, Ummu Aiman melahirkan Usamah bin Zaid.”
Sumber: Biografi 39 Tokoh Wanita Pengukir Sejarah Islam – Dr. Bassam Muhammad Hamami
[Vn]