SEPERTI harta pusaka (warisan), tidak semua orang akan mendapat bagian.
Ia akan diserahkan kepada yang mewarisinya (ahli waris).
Di antara mereka ahli waris itu ada yang melalaikannya, ada yang sedikit perhatiannya dan ada yang menjaga seutuhnya.
Demikianlah Al-Quran, adalah pusaka yang paling mulia dan paling berharga.
Karena ia merupakan peta jalan (hudan) menuju keselamatan.
Mereka yang mewarisi Al-Quran adalah hamba-hamba yang dipilih karena mereka terdaftar sebagai orang-orang beriman.
Sementara orang-orang kafir bukanlah ahli waris kendatipun di antara mereka orang-orang kafir itu ada yang mempelajari Al-Quran, menghafal dan mengerti kandungannya, seperti yang dilakukan para orientalis.
Ahli waris Al-Quran terbagi menjadi tiga golongan.
Pertama, zalim. Mereka yang berbuat lalai.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِّنَفْسِهٖۚ
Lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri. (QS. Fathir:32).
Ibnu Katsir menjelaskan maksud ayat tersebut adalah orang yang beriman namun sering lalai terhadap kewajiban dan melanggar yang diharamkan.
Kedua, kelompok muqtashid. Bersikap biasa, pertengahan.
وَمِنْهُمْ مُّقْتَصِدٌۚ
Dan di antara mereka ada yang pertengahan. (QS. Fathir:32).
Mereka hanya melaksanakan yang dianggap wajib dan meninggalkan yang diharamkan.
Tidak terlalu perhatian terhadap sunnah dan makruh.
Ketiga, kelompok sabiq. Terdepan dan bersikap luar biasa dalam kebaikan.
وَمِنْهُمْ سَابِقٌۢ بِالْخَيْرٰتِ بِاِذْنِ اللّٰهِۗ
Dan di antara mereka ada (pula) yang lebih cepat berbuat kebaikan dengan izin Allah. (QS. Fathir:32).
Bukan semata mengerjakan yang wajib tapi juga yang sunnah.
Bukan hanya meninggalkan yang haram tapi juga meninggalkan yang makruh, syubhat bahkan yang mubah sekalipun.
Baca juga: Dua Kelompok Penelan Api Neraka
Tiga Kelompok Ahli Waris Al-Quran
Realita masyarakat muslim demikian adanya.
Di antara mereka ada yang abai terhadap kewajiban, sering melanggar yang haram.
Banyak meninggalkan shalat dan puasa, terlibat judi, narkoba, riba dan lainnya.
Namun mereka tetap beriman pada kebenaran Al-Quran.
Di antara mereka bersikap minimalis, hanya melaksanakan kewajiban dan meninggalkan yang haram.
Tidak shalat kecuali yang lima waktu, tidak puasa kecuali bulan Ramadan dan tidak bersedekah kecuali zakat.
Namun di antara mereka ada yang terdepan dalam kebaikan tidak mau ketinggalan sekalipun yang sunnah dan tidak mau terlibat yang dilarang walaupun hanya makruh.
Para sahabat senantiasa berlomba menjadi terdepan dalam kebaikan.
Bagaimana Umar merasa ketinggalan oleh Abu Bakar.
Tidaklah ada kebaikan kecuali Abu Bakar yang pertama melakukannya.
Kendati mereka berbeda tingkatan kualitas iman dan amalnya, namun mereka tetaplah yang mewarisi Al-Quran berhak mendapat balas surga.
Sumber: Kultum 100 Judul – Ust. Lathief Abdallah
[Sdz]