TIGA negara Eropa mengakui Palestina sebagai negara berdaulat. Tiga negara itu adalah Norwegia, Spanyol, dan Irlandia.
Norwegia, Spanyol, dan Irlandia bikin heboh tentang Palestina. Dalam waktu dekat tiga negara ini akan menyatakan secara resmi kedaulatan negara Palestina. Norwegia dan Spanyol akan mengumumkan pada 28 Mei 2024 mendatang. Sementara Irlandia akan menyusul.
Pengakuan yang mereka tawarkan adalah dua negara berdampingan. Yaitu, Palestina dan Israel. Dengan begitu, menurut mereka, akan tercipta perdamaian yang nyata.
Ketiganya juga berkeyakinan bahwa langkah mereka itu akan disusul oleh negara-negara Eropa lainnya. Sementara merespon itu, Israel akan memanggil dubesnya di tiga negara itu untuk memberikan penjelasan.
Benarkah itu sebagai langkah luar biasa terhadap kemerdekaan Palestina, atau ada hal lain yang mereka pertimbangkan pasca tewasnya Presiden Iran, Ebrahim Raisi.
Tewasnya Ebrahim Raisi
Isu miring di balik tewasnya Presiden Iran, Ebrahim Raisi pada Ahad lalu memunculkan sejumlah spekulasi. Yaitu, dugaan adanya keterlibatan intelijen Israel dan Amerika di balik kasus yang memancing kemarahan jutaan rakyat Iran.
Salah seorang pejabat Iran yang ikut dalam rombongan menceritakan sinyalemen itu. Menurutnya, dugaan cuaca buruk sebagai penyebab jatuhnya helikopter yang ditumpangi rombongan Ebrahim Raisi tak mendasar. Karena saat itu, cuaca begitu cerah.
Ada tiga rombongan helikopter iring-iringan yang mengantar Raisi dari lawatan ke Azarbaijan menuju Iran. Heli pertama merupakan pihak keamanan, heli kedua yang ditumpangi Raisi, dan yang ketiga juga sebagai pengawalan.
Tiba-tiba di tengah perjalanan, heli kedua hilang kontak. Heli pertama dan ketiga langsung melakukan pencarian, hingga akhirnya ditemukan puing-puing heli kedua tersebut sudah hancur.
Diberitakan pula bahwa helikopter yang ditumpangi Raisi merupakan jenis Bell 212 buatan Amerika. Meski tergolong produk tidak mutakhir, Heli ini memiliki dua mesin ganda yang sangat aman.
Kegelisahan Negara-negara Eropa
Spekulasi yang tidak menentu pasca tewasnya Ebrahim Raisi memunculkan kegelisahan negara-negara Eropa. Kegelisahan kian menjadi setelah negara-negara sekutu Iran seperti Rusia, Turki, Cina; memberikan sikap yang sama.
Salah satu sikap tegas itu disuarakan Presiden Rusia, Vladimir Putin saat menyampaikan belasungkawa. Menurutnya, perang negaranya dengan Amerika dan Nato tak lagi samar. Melainkan, sudah nyata di medan perang Rusia dan Ukraina.
Hal ini kian memberikan sinyalemen kuat kekompakan sekutu ini untuk siap berperang melawan Nato yang di dalamnya ada Amerika, Inggris, dan sejumlah negara Eropa.
Dengan kata lain, perang Israel dan Palestina yang sudah sangat merugikan perekonomian Eropa, sama sekali tidak ada tanda-tanda surut. Bahkan akan meluas pasca tewasnya Ebrahim Raisi.
Basa-basi Gaya Eropa
Sudah bukan hal baru kalau negara-negara uni Eropa kerap memainkan tarik ulur politik untuk mengelabui pihak lawan. Termasuk dalam hal pengakuan Palestina ini.
Siapa pun sudah sangat memahami bahwa pengakuan itu sudah sangat basi. Karena, sudah 143 negara di dunia yang mengakui itu bahkan sejak 36 tahun lalu. Termasuk di dalamnya, Indonesia.
Justru, pengakuan tiga negara Eropa itu menunjukkan kecurigaan tentang kepentingan di balik itu. Kenapa baru sekarang? Kenapa baru muncul setelah suasana Timur Tengah kian mengancam kepentingan mereka.
Seolah-olah, tiga negara ini ingin menyatakan kepada dunia, khususnya yang pro Palestina, “Kami tidak ikut-ikutan, ya. Jangan jadikan kami musuh! Jangan rugikan kepentingan kami!”
Kalau mereka memang benar berpihak pada rakyat Palestina, aksi yang dilakukan sangat mudah dan jelas. Yaitu, memberikan tekanan politik dan perdagangan yang kuat pada Israel. Seperti Turki yang memutus hubungan dagang dengan negeri Yahudi itu. [Mh]