GENOSIDA yang dilakukan Israel terhadap Palestina berujung pada pengadilan internasional. Namun, hampir dua bulan sidang berlangsung, Israel tetap membantai rakyat Palestina.
Pada awal April lalu, ICJ atau International Court of Justice memulai sidang tentang dugaan genosida Israel terhadap Palestina. Sidang pun sudah berakhir. Keputusannya, adanya risiko genosida yang masuk akal dari serangan Israel ke Jalur Gaza.
Keputusan yang Aneh
Ada enam tindakan yang diperintahkan pengadilan. Antara lain, Israel harus mencegah genosida di Gaza, segera mengizinkan bantuan masuk ke Gaza, Israel diperintahkan untuk menyimpan bukti genosida, dan Israel menyerahkan laporan ke mahkamah dalam waktu satu bulan.
Dari semua perintah hasil sidang tersebut, tak satu pun yang digubris Israel. Dan keputusan yang aneh itu memang juga dianggap aneh oleh Israel dan Amerika.
Untuk masyarakat dunia, keanehannya adalah bagaimana mungkin pelaku diminta untuk mengumpulkan bukti kesalahannya. Mana ada perampok dan pembunuh yang begitu ‘baik’ mau mengumpulkan semua kejahatannya agar bisa dihukum berat.
Israel dan Amerika pun menganggap keputusan itu juga aneh. Menurut Netanyahu, Palestina itu bukan sebuah negara berdaulat. Jadi, tidak cocok dengan objek persidangan yang mestinya antar dua negara yang berdaulat.
Namun dalih Israel ini kian membuktikan betapa jahatnya pemikiran mereka terhadap hak asasi rakyat Palestina yang lebih 76 tahun mereka jajah.
Surat Penangkapan Jaksa ICC
Jaksa International Criminal Court atau ICC, Karim Khan, yang berada di bawah payung PBB mengeluarkan lima surat penangkapan terkait konflik Israel dan Palestina.
Menariknya, tiga dari lima surat penangkapan itu dialamatkan ke pihak yang menjadi korban. Tiga surat ditujukan ke petinggi Hamas. Dan dua surat dialamatkan ke petinggi Israel.
Tiga surat untuk Hamas adalah Kabiro Politik Hamas, Ismail Haniyeh, pemimpin Gaza Yahya Sinwar, dan Panglima Izzuddin Al-Qassam Mohammed Diab Al-Masri. Mereka dituduh telah membantai, memperkosa, membunuh, rakyat Israel termasuk menjadikan mereka tawanan.
Sementara dua surat penangkapan untuk Israel ditujukan ke PM Israel Netanyahu dan Mentri Pertahanan Israel Yoav Gallant. Keduanya dituduh memiliki alasan yang masuk akal untuk diyakini sebagai bertanggung jawab atas kejahatan perang.
Sandiwara Segitiga
Jangan pernah berharap pada PBB. Terlebih yang menyangkut kepentingan Israel dan Amerika. Karena pada posisi ini, PBB tak lebih dari sekadar ‘kacung’ mereka.
Perhatikanlah semua resolusi PBB yang ditujukan kepada Israel selama berpuluh-puluh tahun. Isinya selalu sama dengan keinginan Amerika: menyerukan sandiwara perdamaian Israel dan Palestina.
PBB baru bisa dibiarkan terlihat ‘taringnya’ ketika berhadapan dengan negara-negara yang berseberangan dengan kepentingan Amerika. Misalnya, terhadap Rusia, Iran, Cina, dan lainnya.
Sejak kelahirannya, PBB memang dirancang untuk itu. Yaitu, melindungi kepentingan Barat khususnya Amerika untuk melancarkan penjajahan di seluruh negeri.
Lalu, masihkah ada kepatutan untuk berharap dengan Mahkamah ala PBB ini? Rasanya, nalar sehat sulit memakluminya. [Mh]