BAHKAN, Orang-orang Zionazi atau zionis mencoba “membunuh” Bahasa Arab. Tulisan ini dibagikan oleh Agung Waspodo dalam Channel Telegram @Hikmah Agung.
1439 هـ – الكنيست الإسرائيلي يُقر قانون الدولة القومية لليهود في إسرائيل الذي نص على عدَّة خطوات تصب في صالح اليهود، وأفقد اللُغة العربيَّة صفتها الرسميَّة في إسرائيل
5 Dzulqa’dah 1439 H (2018) Dewan Rakyat Israel Penjajah —Knesset— menyetujui Undang-undang Negara Nasional bagi orang Yahudi di Israel, yang menetapkan beberapa langkah yang merupakan kepentingan orang Yahudi, dan membuat bahasa Arab kehilangan status resminya di Palestina terjajah.
Pada tahun 2013, seorang guru yang bekerja di sebuah sekolah menengah penjajah yang terletak di pinggiran Haifa mengeluh.
Ia menerima informasi bahwa murid-muridnya menolak untuk belajar bahasa Arab, dan mereka menganggapnya sebagai “bahasa musuh.”
Keluhan ini di tengah orang-orang zionazi tentu tidak aneh atau mengejutkan. Sebab, pemerintah penjajah mendorong para zionazi untuk sensitif terhadap bahasa Arab.
Di tempat kerja, misalnya, para karyawan asli berkebangsaan Palestina dilarang berbicara satu sama lain dalam bahasa Arab, dan di dalam Knesset (Parlemen) Israel), sebuah kalimat dalam bahasa Arab yang diucapkan oleh seorang anggota Arab menimbulkan kemarahan besar.
Reaksi kemarahan dari para pemimpin komplotan penjajah membuat mereka meresmikan “Undang-Undang Negara Bangsa” yang dikeluarkan pada tahun 2018 justru melemahkan status bahasa Arab secara resmi.
baca juga: Daftar Kosakata Bahasa Arab untuk Percakapan Sehari-hari
Zionis Berusaha Membunuh Bahasa Arab
Padahal, tahukah kamu? Dalam sejarah Yahudi sendiri, dapat dikatakan bahwa hingga abad ke-12 bahasa Arab adalah bahasa yang paling umum digunakan oleh mayoritas orang Yahudi di dunia.
Beberapa tulisan ilmiah Yahudi yang paling penting ditulis dalam bahasa Arab. Pun, komunikasi sebagian besar orang Yahudi yang tinggal di negara-negara Timur menggunakan bahasa Arab.
Namun ketika zionazi menduduki Palestina, bahasa Ibrani diangkat oleh orang-orang Yahudi sebagai simbol identitas mereka dalam kisah berdarah penjajahannya.
Tak hanya dihapus dari percakapan sehari-hari, bahasa Arab pun mereka coba hilangkan dari nama-nama jalan di Kota Al Quds.
Wadi Awwadah seorang reporter Aljazeera di Al Quds menulis tahun 2015, “rencananya, nama Jalan Silwan di jantung kota Silwan akan diganti di Silwan dengan nama yahudi ‘Ir Dahud.’
Jalan samping Silwan diberi nama Ibrani seperti ‘Ma’alot Ma’yan Hagihon’, ‘HaAshur’, ‘Arogot Haposem’, ‘Pardes Rimonim’, dan ‘Jinat Agoz.'”
Tapi, dalam sebuah tulisan berjudul ‘Kenapa Orang-orang Israel Mulai Belajar Bahasa Arab’ yang ditulis oleh Merfat Auf seorang jurnalis Palestina, ia mengatakan bahwa warga zionazi sedang mulai menyadari bahwa mempelajari bahasa Arab itu penting.
Namun bukan sebagai cara mereka untuk bersosialisasi dengan Kaum muslimin, melainkan “belajar bahasa Arab, agar kalian bisa lebih baik dalam mengusir peternak dan petani Palestina dari tanah-tanah mereka”, seperti itulah keyakinan zionazi sebagaimana ditulis Merfat.
Bagi Kaum muslimin, bahasa Arab adalah jalan penting buat kita untuk kembali mengenal pentingnya Masjid Al Aqsha dan Palestina.
Literasi kita tentang pentingnya membela Al Aqsha dalam bahasa Indonesia masih sangat terbatas, padahal buku-buku berbahasa Arab tentang tema Al Aqsha yang berhasil dikumpulkan dalam perpustakaan online Palestina mencapai 4200 buku lebih.
Jalan kita masih panjang. Jika musuh mau belajar bahasa Arab untuk menjajah lebih serius, kenapa kita tidak belajar bahasa Arab demi usaha membebaskan Al Aqsha lebih serius?[ind]
Referensi:
1.تهويد القدس: محاولات التهويد والتصدي لها من واقع النصوص والوثائق والاحصاءات
2. حرب اللغات.. لماذا يتعلم الإسرائيليون اللغة العربية؟
3. الاحتلال يهوّد أسماء الشوارع بالقدس الشرقية
4. كتاب الخطة الهيكلية والخطة الإستراتيجية في تهويد القدس