ChanelMuslim.com- Tokyo – Peluang kolaborasi antar lembaga Indonesia dan Jepang sangat terbuka. Apalagi, di era informasi global. Hal itu mencuat dalam diskusi kelompok terfokus yang difasilitasi Masyarakat Ilmuwan dan Teknologi Indonesia (MITI) di kampus Universitas Kyoto. Delegasi Indonesia dipimpin Warsito P. Taruno dan didampingi Prof. Mukhtasor (ahli teknologi maritim dari Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya, ITS), As Natio Lasman (Dewan Pengurus CSDS), Uray M. Dani (Ahli Peneliti Utama BATAN), Rudi Lumanto (Ketua Yayasan STT Nurul Fikri), Rahmat S. Syehani (Direktur SIT Nurul Fikri), dan Sapto Waluyo (Peneliti CSDS).
Delegasi Indonesia disambut Ken Umeno, DirekturGraduate School of Informatics di Universitas Kyoto yang didampingi Shin-itiro Goto (peneliti senior Universitas Kyoto). “Kami senang sekalibekerjasama dengan para peneliti dari Indonesia karena banyak hal bisa dikembangkan dari potensi kedua pihak. Kami telah lama berkolaborasi dengan Dr. Warsito dari MITI dalam pengembangan teknik tomografi dan menandatangani nota kerjasama dengan STT Nurul Fikri beberapa waktu lalu,” ujar Umeno.
Saat ini Umeno sedang mendalami penelitian tentang deteksi gempa bumi berskala besar dengan melihat perubahan pada kondisi ionosfer. Perhatian pemerintah Jepang terhadap gejala gempa bumi sangat serius, terbukti denganmemasang 1.300 alat deteksi gempa di seluruh lokasi rawan. “Namun, usaha itu belum cukup memadai untuk mengetahui gejala gempa lebih dini. Karena itu, kami memanfaatkan pemantauan lewat satelit luar angkasa terhadap kondisi ionosfer menjelang dan saat terjadi gempa. Dari data sinyal itu diharapkan dapat diketahui pola terjadinya gempa, sehingga dapat segera diantisipasi,” jelas Umeno, pakar matematika dan fisika terapan.
Guru Besar ITS, Mukhtasor juga senang melihat peluang kerjasama lebih strategis karena akan saling menguntungkan kedua negara. “Selama ini sebenarnya telah terjalin kerjasama antar perguruan tinggi atau lembaga pemerintah dari kedua negara. Namun, kita perlu mendorong kolaborasi yang melibatkan sektor industri. Seperti misalnya pengembangan energi alternatif. Indonesia sebagai negara kepulauan masih sangat tergantung dengan minyak dan gas atau tambang batubara. Padahal, potensi laut kita dapat dimanfaatkan untuk energi gelombang, pasang-surut atau temperatur laut,” ungkap Mukhtasor.
[gambar1]
Sebagai mantan Anggota Dewan Energi Nasional (2009-2014), Mukhtasor melihat potensi energi maritim Indonesia sangat melimpah. Peta energi maritim di Indonesia pada tahun 2014 mencatatsecara teoretik tersedia potensi 4,7 juta MW dansecara teknis dapat dikelola 216.609 MWmenggunakan berbagai teknologi yang ada“Sementara secara praktis, dapat dieksplorasi setidaknya 60.982 MW. Namun, nyatanya sampai saat ini belum ada potensi energi maritim yang dikelola secara profesional,” papar Mukhtasor yang juga menjabat Ketua Asosiasi Energi Laut Indonesia (Aseli).
Kenyataan itu menunjukkan banyak potensi energi terbarukan yang masih mubazir di Indonesia, sementara pemakaian minyak dan gas sangat boros. “Kita perlu belajar dari Jepang tentang keseriusan melakukan riset dan eksperimentasi. Setelah itu, mengimplementasikan hasil riset secara konsisten. Hasilnya, Jepang memiliki kemandirian energi dengan banyak pilihan, bisa energi nuklir atau terbarukan,” jelas Mulyanto, Ketua Dewan Pengurus CSDS
Mulyanto mendorong agar kolaborasi antar lembaga Indonesia dan Jepang dilanjutkan dalam tataran praktis. Sehingga banyak permasalahan nasional akan terpecahkan dan Indonesia turut berperan dalam perkembangan teknologi modern. (Mh)