JANGAN panjang angan-angan. Angan-angan akan melalaikan kita dari kematian.
Seorang penyair pernah berujar, “Aku ingin hidup seribu tahun lagi!”
Ungkapan ini hanya sekadar syair. Hanya sebuah kiasan yang menunjukkan optimisme mengarungi kehidupan.
Namun, jika kita mengadopsinya sebagai obsesi, maka itu hanya akan menjadi angan-angan. Kenapa? Karena angan-angan tidak realistis alias mustahil.
Beda halnya dengan cita-cita. Meski belum terwujud, kemungkinan terjadinya lebih besar daripada angan-angan.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengilustrasikan sebuah persegi panjang. Di dalamnya ada garis lurus yang menembus batas persegi panjang itu.
Kata Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, persegi panjang ini adalah rentang hidup manusia. Dan garis lurus yang menembus batasnya adalah angan-angan. (HR. Bukhari)
Bahaya dibuai angan-angan bukan sekadar halusinasinya. Melainkan, lalainya dari persiapan menghadapi kematian.
Hidup ini sangat sementara. Sebegitu sementaranya, hampir tak bernilai sama sekali di banding kehidupan di akhirat kelak. Masalahnya, dunia yang sementara ini begitu menentukan untuk yang kekal di akhirat.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Addunya mazra’atul akhirat.” Dunia ini tempat bercocok tanam untuk akhirat. Bagaimana mungkin seseorang bisa menikmati panen jika tak menanam apa pun untuk akhirat.
Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu pernah secara khusus diberikan wasiat oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Rasul mengatakan, “Jadilah engkau di dunia ini seperti seorang pengembara yang sekadar mampir di sebuah tempat.
“Jika engkau di sore hari, jangan nunggu hingga pagi. Dan jika di pagi hari, jangan nunggu hingga sore. Manfaatkan waktu sehatmu sebelum datang sakitmu. Dan manfaatkan hidupmu sebelum datang matimu.” (HR. Bukhari)
Orang yang dibuai angan-angan, fokus hidupnya tertuju seratus persen untuk angan-angan. Andai begini, andai begitu. Ia lupa bahwa hidup bukan untuk apa yang ia angan-angankan itu. Dan ia juga lupa bahwa waktu mati bisa datang kapan saja.
Jadi, jangan terlalu obsesif dengan capaian materialis hidup ini. Tak ada gunanya. Panen itu bukan di sini. Bukan di dunia ini. Melainkan di akhirat esok. [Mh]