ChanelMuslim.com – Perempuan yang katanya mahkluk lemah. Ketika gadis, diamanahkan Allah kepada Ayah. Ketika menikah amanah itu diestafetkan kepada suami.
Suatu hari seorang istri dimarahi suaminya. Bukan di rumah tapi di jalan, di atas motor. Suara suami begitu keras hingga siapa pun di sekitar mereka bisa mendengar kalimat-kalimatnya. Sang istri hanya diam.
Siapa pun yang melihat kejadian itu pasti akan berempati pada istri yang diomeli suaminya di depan umum itu. Mereka bertanya-tanya, "Duhai gerangan kesalahan apa yg dibuat istri itu hingga suami begitu murka? Hingga suami tak sempat menahan amarahnya dan.menegur istrinya di rumah.
Bukankah Rasulullah diutus ke dunia ini untuk menyempurnakan akhlak. Seperti sabdanya,
“Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (H.R. Al-Hakim)
Bukankah Rasulullah itu yang paling baik akhlaknya pada keluarganya sehingga beliau mengajak pengikutnya untuk memperbaiki akhlaknya pada keluarganya.
“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya. Dan akulah yang paling baik di antara kalian dalam bermuamalah dengan keluargaku.” (H.R. Tirmidzi)
Bahkan di sela-sela kesibukan beliau sebagai pemimpin agama dan pemimpin umat, beliau masih menyempatkan membantu istrinya dan mengerjakan beberapa hal keperluannya sendiri.
Urwah bertanya kepada Aisyah, “Wahai Ummul Mukminin, apakah yang dikerjakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala bersamamu (di rumahmu)?” Aisyah menjawab, “Beliau melakukan seperti apa yang dilakukan salah seorang dari kalian jika sedang membantu istrinya. Beliau mengesol sandalnya, menjahit bajunya dan mengangkat air di ember.” (H.R. Ibnu Hibban).
Semoga saja para suami-suami mau mempraktekkan hal-hal tersebut, insyaAllah keharmonisan rumah tangga mereka akan langgeng.
Persoalan bersikap santun kepada istri, lagi-lagi para suami harus belajar dari Rasulullah. Sebagai manusia normal, tentu saja rumah tangga Rasulullah tidak bebas dari konflik. Perselisihan dalam rumah tangga adalah bumbu cinta. Namun, ketika berselisih, Rasulullah tidak pernah melibatkan emosi. Ketika sedang marah kepada Aisyah, beliau berkata, “Tutuplah matamu!” Kemudian Aisyah menutup matanya dengan perasaan cemas, khawatir dimarahi Rasulullah. Nabi berkata, “Mendekatlah!” Tatkala Aisyah mendekat, Rasulullah kemudian memeluk Aisyah sambil berkata, “Humairahku, telah pergi marahku setelah memelukmu.”
Tidak pernah ada kalimat kasar dan menyakitkan dalam rumah tangga Rasulullah. Bahkan, beliau biasa memijit hidung Aisyah jika dia marah, sambil berkata, “Wahai Aisyah, bacalah do’a, ‘Wahai Tuhanku, Tuhan Muhammad, ampunilah dosa-dosaku, hilangkanlah kekerasan hatiku, dan lindungilah diriku dari fitnah yang menyesatkan’.” (HR Ibnu Sunni).
Begitulah akhlak Rasulullah pada istri-istrinya. Santun, lembut dan memperhatikan perasaan sang istri. Lalu masih patutkah suami-suami yang mengaku sebagai pengikut Rasulullah masih berbicara keras lagi kasar tidak hanya di dalam rumah tapi juga di luar rumah, dijalanan atau tempat umum lainnya. (Maya Agustiana)