MARYAM binti Imran menjadi perempuan yang disebutkan oleh Allah pada banyak tempat dalam al-Quran, bahkan dijadikan salah satu nama surah.
Ia juga menjadi salah satu dari 4 perempuan yang paling utama sebagai penduduk surga. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أفضَلُ نِساءِ أهلِ الجَنَّةِ: خَديجةُ بنتُ خُويلِدٍ، وفاطِمةُ بنتُ مُحَمَّدٍ، وآسيَّةُ بنتُ مُزاحِمٍ امرَأةُ فِرعَونَ، ومَريَمُ ابنةُ عِمرانَ
Artinya: “Wanita-wanita yang paling utama sebagai penduduk surga adalah Khadijah binti Khuwailid, Fathimah binti Muhammad, Asiyah binti Muzahim (istri Fir’aun) dan Maryam binti ‘Imran.” (HR. Ahmad)
Wanita pilihan Allah dengan karakter dan kepribadian yang melekat padanya, berupa kemuliaan, kesucian, ketundukan, dan ketegaran.
Baca Juga: Empat Wanita Teladan Penghulu Surga
Belajar dari Kesucian, Ketundukan dan Keteguhan Maryam binti Imran
Kemuliaan dan kesuciannya terlihat saat ia berada di suatu tempat di sebelah timur, tempat ia mengasingkan diri untuk beribadah dan merenungkan kebesaran Allah melalui alam semesta ciptaan-Nya.
وَٱذْكُرْ فِى ٱلْكِتَٰبِ مَرْيَمَ إِذِ ٱنتَبَذَتْ مِنْ أَهْلِهَا مَكَانًا شَرْقِيّا
Artinya: Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Al-Quran, yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur. (Maryam 15)
Lalu datanglah malaikat Jibril yang berubah wujud menjadi seorang laki-laki tampan lagi sempurna.
Maryam terkejut dengan kehadiran malaikat yang menyerupai laki-laki tampan itu. Pasalnya, ia telah membuat tabir untuk menutupi dirinya dari pandangan laki-laki asing.
Dengan sigap ia memohon perlindungan hanya kepada Allah, tidak pada siapapun.
قَالَتْ إِنِّىٓ أَعُوذُ بِٱلرَّحْمَٰنِ مِنكَ إِن كُنتَ تَقِيّا
Artinya: Maryam berkata: “Sesungguhnya aku berlindung dari padamu kepada Tuhan Yang Maha pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa”.
Betapa Allah menjadi yang pertama diingatnya pada situasi sulit.
Malaikat Jibril lalu menyampaikan kepada dirinya bahwa ia akan dikaruniai seorang anak laki-laki yang suci.
Tentu Maryam tidak sertamerta berbahagia. Sebaliknya ia cemas, khawatir hingga ketakutan. “Memiliki anak tanpa suami,” batinnya kalut.
Allah memberikan keistimewaan pada Maryam yang tidak dialami oleh perempuan manapun. Menarik jika kita tilik sedikit surah Ali Imran ayat 42:
وَإِذْ قَالَتِ الْمَلَائِكَةُ يَامَرْيَمُ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَاكِ وَطَهَّرَكِ وَاصْطَفَاكِ عَلَى نِسَاءِ الْعَالَمِينَ
Artinya: Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan memilih kamu (melebihkan kamu) atas segala wanita di dunia.
Allah menyebut dua kali kata memilih (ishthafaaki), disebutkan dalam Tafsir asy-Sya’rawi:
Yang pertama Allah pilih Maryam sebagai perempuan yang taat dan memiliki akhlak terpuji. Sifat ini juga bisa dimiliki oleh orang lain.
Sedangkan yang kedua, Allah pilih Maryam sebagai perempuan yang mengandung anak tanpa seorang laki-laki. Inilah keistimewaan yang tidak akan dimiliki oleh perempuan manapun selain dirinya.
Namun ketahuilah, jika Allah memilih seseorang, tidak lantas membuatnya terbebas dari ujian. Justru sebaliknya kehidupan Maryam diliputi oleh ujian yang silih berganti.
Walaupun demikian, pilihan Allah tak pernah sia-sia. Ia pasti hadirkan dampak kebaikan yang besar dan luas untuk kemaslahan manusia dari pilihannya itu.
Selanjutnya kita akan melihat ketegaran Maryam, hasil pendidikan dari Allah.
Di tengah kelelahan, kepayahan, dan keletihannya melahirkan bayi seorang diri, ia harus menggoyangkan pohon kurma untuk asupannya. Ia sempat mengeluhkan penderitaannya itu:
يَٰلَيْتَنِى مِتُّ قَبْلَ هَٰذَا وَكُنتُ نَسْيًا مَّنسِيّا
Artinya: …”Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan”. (Maryam: 23)
Belum lagi ia harus membayangkan betapa mengerikannya respon masyarakat saat tahu dirinya memiliki anak tanpa seorang laki-laki di sisinya.
Ia seorang diri, tanpa ayah, tanpa ibu. Keduanya telah lebih dahulu wafat.
Tapi Allah tak pernah meninggalkannya. Allah menghiburnya, menenangkannya serta menguatkannya.
فَكُلِى وَٱشْرَبِى وَقَرِّى عَيْنًا
Artinya: Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu…
Lalu ia kembali dari pengasingannya dan berhadapan dengan masyarakat.
Di sinilah ujian berat itu kembali datang. Mereka lalu menghujani Maryam dengan tuduhan dan hinaan tanpa menyelidiki dan melakukan verifikasi terlebih dahulu.
Kita bisa bayangkan betapa beratnya opini publik dan besarnya tekanan dari masyarakat terhadap sesuatu yang tidak biasa terjadi dalam kehidupan mereka, memiliki seorang anak tanpa suami.
Maryam sempat menahan diri dalam menghadapi tuduhan keji yang diarahkan kepadanya, sedangkan ia sangat yakin bahwa dirinya adalah seorang perempuan yang suci.
Ia sadar, jika ia melakukan pembelaan dan memberikan penjelasan tentang apa yang sebenarnya terjadi, tidak akan berarti apa-apa. Apalagi di tengah keributan.
Betapa kita harus sadari, kapan waktunya untuk diam dan kapan waktunya mengeluarkan pernyataan. Terkadang diam justru lebih baik. Li kulli Maqaam Maqaal.
Masyarakat akhirnya tercengang setelah mendengar bayi Isa berbicara.
قَالَ إِنِّي عَبْدُ اللَّهِ آتَانِيَ الْكِتَابَ وَجَعَلَنِي نَبِيّا
Artinya: Berkata Isa: “Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab dan Dia menjadikan aku seorang nabi.
Itulah cara Allah menanamkan keteguhan dan ketahanan pada Maryam.
Demikianlah Maryam. Kesuciannya, ketundukannya kepada Allah serta ketegarannya, tak henti-henti menjadi teladan.
Belum lagi keberanian Maryam dalam menunaikan amanah menyelimuti kepribadiannya. Dengan tenang dan bijaksana ia hadapi.
Sosok Maryam tidak hadir secara tiba-tiba. Ia hasil dari komitmen seorang ibu, Hannah Istri Imran, yang mengikrarkan janji kepada Allah untuk mengabdikannya kepada-Nya bahkan sejak dalam kandungan. Contoh kesuksesan seorang ibu.
Sumber: instagram @amalinasyadid
View this post on Instagram