ANAK usia dini harus bisa dilatih untuk berpikir kritis. Pasalnya, anak berusia 0-2 tahun sedang mengalami perkembangan dalam sel-sel otaknya.
Ketua Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini Indonesia (Himpaudi) Prof. Dr. Ir. Netti Herawati, M.Si. mengatakan bahwa hendaknya, sejak usia 0-2 tahun, anak harus dilatih untuk berpikir kritis atau critical thinking.
“Jangan takut untuk mulai mendaftarkan anak pada fasilitas pendidikan sejak usia 2 tahun, sedini mungkin agar dapat mengembangkan karakter dan life skill. Guru dapat membuat rencana kegiatan pembelajaran, orang tua dapat mengimplementasikan rencana kegiatan dari rumah,” jelas Prof. Netti, dalam diskusi daring, Selasa (16/2/2021) lalu.
Usia dini, kata Prof. Netti, adalah usia emas dalam membangun pondasi belajar dan hidup anak-anak.
Usia 0-2 tahun merupakan masa krusial anak karena apabila sel otaknya tidak tersambung atau terstimulasi dengan baik, terjadilah fase penghapusan sel otak atau yang lebih dikenal dengan istilah use it or loose it.
Prof. Netti menjelaskan, hal tersebut ditentukan oleh kualitas dan kuantitas stimulasi karena setiap detik terjadi 1,684 juta sambungan sel otak.
“Sementara, kualitas stimulasi terkait pada aspek perkembangan atas apa saja yang distimulasikan pada anak dengan cara yang tepat atau tidak,” kata Netti.
Baca juga: 4 Rekomendasi Tontonan Edukatif untuk Anak Usia Dini
Ketua Himpaudi: Anak Usia Dini Harus Dilatih Berpikir Kritis
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh orang tua demi keberhasilan pendidikan anak usia dini.
Latihan berpikir kritis atau critical thinking sangat penting saat ini karena banyak informasi yang masuk di era digital sehingga anak terlatih untuk memilah informasi mana yang berguna, mana yang tidak.
Selain itu, anak juga harus dilatih untuk berpikir kreatif dan mengembangkan kemampuan kognitif agar memiliki daya juang lebih, terlebih di era pandemi seperti ini.
“Selain nutrisi gizi, orang tua juga hendaknya memberikan nutrisi hati kepada anak agar anak tidak memiliki trauma atau luka masa kecil yang bisa dibawa hingga dewasa nanti,” jelas Prof. Netti.
Pola komunikasi yang baik dan benar antara anak dan orang tua juga merupakan aspek stimulasi yang penting pada anak usia dini.[ind]
sumber: antaranews