MARI belajar berbaik sangka, mumpung bulan puasa ditulis oleh Cahyadi Takariawan, seorang konselor keluarga asal Yogyakarta.
Salah satu sikap yang mendatangkan ketenteraman dan kebahagiaan dalam kehidupan adalah kemampuan untuk selalu berprasangka baik kepada orang lain.
Orang akan selalu gelisah dan tidak tenang di sepanjang kehidupan, apabila cenderung berprasangka buruk kepada orang lain.
Bagaimana cara berprasangka baik? Caranya dengan mengubah sudut pandang.
Ketika menemukan kondisi atau kejadian yang tak menyenangkan, cobalah memandang dari sisi yang berbeda.
Mari belajar mengambil sudut pandang positif, dari orang-orang salih terdahulu.
Baca juga: Kabar Gembira untuk Thalhah bin Ubaidillah
Belajar Berbaik Sangka dari Thalhah bin Abdullah bin Auf
Suatu saat, Thalhah bin Abdullah bin Auf tengah berbincang santai dengan sang istri.
“Aku tidak melihat orang yang lebih rendah akhlaknya daripada sahabat-sahabatmu itu,” ujar sang istri.
Thalhah terkejut atas pernyataan sang istri.
“Janganlah kamu mengatakan hal itu kepada mereka. Mengapa kamu bisa berkata demikian?”
“Lihatlah perbuatan mereka. Ketika kamu sedang berada dalam keadaan lapang, mereka datang menemanimu. Tetapi ketika kamu sedang dalam kesusahan, mereka menjauhimu. Tidak datang menemuimu,” ujar sang istri.
“Menurutku tidak demikian. Mereka adalah orang-orang yang memilki kemuliaan akhlak,” jawab Thalhah.
“Coba perhatikan. Mereka datang ketika kita berada dalam kondisi lapang, yang kuat membantu mereka. Sedangkan mereka menjauh ketika kita sedang berada dalam kondisi lemah, agar mereka tidak merepotkan kita,” ungkap Thalhah.
“Berbaik sangkalah kepada orang lain, niscaya kamu bahagia,” lanjut Thalhah.
Perhatikanlah sudut pandang yang sangat berbeda antara Thalhah dan sang istri.
Dari kejadian yang sama, mereka bisa menemukan sudut yang nyata berbeda.
Thalhah mampu melihat dari sudut pandang yang positif, dengan cara itu ia akan tetap merasa tenang dan bahagia bersama sahabatnya.[ind]