INI kisah nyata. Suatu hari, Ben kecil (3 tahun) hilang di mall. Matanya bulat, pipinya agak gembil, kalau senyum maniss banget. Ben buah hatiku..
Hatiku lenyap setengah, pless… Waktu hilangnya itu hanya; 5 detik. Kronologisnya kayak gini..
Kak Syifa, aku dan Ben dan suster baru. Baru 5 hari kerja. Baju si suster aku enggak nyaman karena agak sexy. Aku bilang “Mbak Sus, tolong ya nanti bajunya samakan saja dengan baju guru-guru Kindy.
Kebetulan Ben sudah masuk Nursery JISc ketika itu (2,8 tahun), jadi Mbak bisa belajar sama guru-guru yang sudah lama di JISc, pakai baju sama biar kayak guru.
Mbaknya agak cemberut, aku cuek, aku kasih uang untuk beli baju seragam di admin.
Tapi dia belikan baju putih, katanya kalau Jumat bagusan putih bu, aku terhenyak “Yaahh sexy lagii, wedewuuu .. “
Ala kulli hal kami ke Mall, kebetulan di tengah ada exhibition kayu-kayu gitu dan aku bilang ke kakak yang mana, si kakak paling kiri. Suster dorong Ben pakai baby stroller dan aku di kanan.
Yang jualan kayu-kayu cantik ada di kanan Pikirku bagus nih untuk bikin meja kursi TK JISc ~ nah aku bilang sama Kak Syifa.
“Kak, tolong catat nomer hapenya, tanya deh bisa enggak buatkan meja kursi kayu cantik untuk TK, nanti kita rundingkan harganya“.
Kakak dari sebelah kiri Ben ke kanan ke samping aku, kami (aku dan kakak) melihat-lihat contoh kayu cantik. Sebentar saja paling 1 menit, karena aku sadar Ben dengan suster ada di sebelah kiri, maka kakak yang lanjutkan pembicaraan di sebelah kananku.
Ketika tanganku ingin meraih stroller Ben dan suster, aku kaget, “Ben dan suster lenyap!”
Aku belum panik, mungkin mereka ke kiri atau maju ke depan, padahal aku sudah bilang, “Sini saja Mbak jangan ke mana-mana”, khan dia dengar aku bilang dengan kakak tolong ambil no telpon tukang kayu itu.
Aku segera cari ke depan dan ke belakang, aku segera teriak ke kakak, “Kak, Umi cari Ben, Ben hilang sama suster“.
Kakak segera hentikan pembicaraan dan sibuk mencari Ben dan suster.
Akhirnya aku sadar, Ben kayaknya diculik. Hape suster dimatikan. Kakak segera telpon supir di basement dan bilang cegat si suster di bagian bawah lobby.
Segera aku hubungi posko satpam di bawah dan bilang tolong hentikan siapapun yang keluar.
baca juga: Kisah Kesalihan dan Kecerdasan Seorang Anak
Ini Kisah Nyata, Ben Hilang
Satpam dengan sangat ramah mengatakan, “Ibu, sabar yaa bu, tenang dulu, nama ibu siapa? Ibu darimana? Ibu bersama siapa”
Aku jengkel, “Sudahlah Pak,, anak saya diculik.”
Satpam lain datang dan bertanya, “Sabar ya bu, tarik nafas dulu, jangan panik, ibu ada masalah apa dan ibu namanya siapa? Ada KTP ibu?“ sambil nyatet-nyatet.
“Pak,” aku mulai tak sabar, “anak saya diculik, sama suster ya. Tolong bantu saya hentikan stroller baby kayak gini dengan suster pakai baju putih kayak gini, Pak,” aku sudah mau nangis antara panik dan kesal.
Alhamdulillah tadi pagi aku sudah fotoin Ben dan suster di depan rumah. Karena kebeneran Ben lagi lucu.
“Ohh gini ya bu, sabar yaa bu, sebaiknya ibu isi data-data dulu yang lengkap. Dan ibu ..” kata si satpam.
Aku: “Ahhh. Sudahlah, alhamdulillah masih ada Rp700 ribu di tas, ada 3 satpam, aku kasih seratus-seratus.
“Sudahlah, Pak. Pintu keluar ada di mana saja? Ada berapa pintu??“ Tolong bantu hentikan bila ada orang kayak gini dengan anak saya“.
Aku nangis beneran sambil ngasih uang. Aku enggak boleh panik dalam hatiku.
Karena aku tahu, panik itu membuat kita enggak bisa berfikir jernih dan blank di otak bikin kita akan salah ambil tindakan. Akan salah ambil keputusan.
Pernah dengar kan theory yang mengatakan, “Jangan ambil keputusan di kala dalam kondisi marah atau panik.”
“Why can’t I make decisions when stressed?”
(There is a decrease in blood flow and oxygen to the brain, which promotes lower cognitive functioning and sends the brain into a chaotic state. In this state, the brain is unable to access the information it needs to make logical decisions. When the brain is under stress, everyday decisions prove to be more difficult ~ materi Leadership program di SMU JISc/JIBBS/JIGSc. 2024) @module Jubilea Foundation.
Aku berdoa saja. Dan aku melihat supirku dengan Kak Syifa berlari ke atas ke bawah berlawanan arah menyusuri eskalator. Satu jam kemudian.
“Mi, sudah ketemu,“ kata kakak.
Aku: “Di mana?”
“Tempat tadi. Depan toko tadi.“
Aku ketika ketemu si suster, “Ke mana saja Mbak?”
Aku langsung ambil Ben yang tertidur di stroller dan aku peluk.
Suster: “Di sini saja Bu. Malah saya bingung. Ibu ke mana,“ jawabnya acuh tak acuh sambil matanya memandang ke tempat lain.
Aku kesal. Hmm aku baru teringat. Mall ini masuknya dari West, dan naik lift, lalu jalan lurus belok kanan nyebrang, dan naik eskalator lagi.
Kurasa si Mbak Suster enggak tahu jalan keluar. Makanya dia balik lagi ke tempat tadi.
Alhamdulillah kami ke mall yang pintu keluarnya agak susah dicari. Kuduga dia muter-muter sama si Ben cari jalan keluar.
Aku diam saja. Sudah tegang. Si Mbak agak tegang, aku malas ngomong. Kak Syifa dan driver ngomelin si Mbak.
Kata driver, “Bohong kamu, saya muter-muter di sini sudah 7 kali kamu enggak ada“.
Kak Syifa; “Iyaa Mbak, saya juga di sini terus sudah satu jam lebih, enggak mungkin kamu di sini saja“.
Kak Syifa SMS aku: “Mi, nih Suster balikin saja deh, dia menipu“.
Aku: “Ya, bawa ke rumah saja dulu dan nanti diminta KTP-nya, besok balikin ke tempat pengambilan baby sitter. Enggak usah pakai suster lagi deh, ummi trauma. Minta saja uang depositnya.
Aku bersumpah enggak mau lagi ke mall itu, trauma dan aku kesal dengan satpam yang baru bergerak ketika melihat si merah“.
Besok paginya subuh-subuh, si suster diantar kembali ke yayasan, aku bayar gajinya sebulan dan benar khan.
Di KTP yang dia bawa namanya “Sulastri“ tapi si suster namanya “Nita“ dan mukanya beda, katanya orang Gombong tapi di KTP Klaten.
Satpam rumah yang meriksa tanya: “Ini katepe siapa?”
Dia diam saja cemberut ..
Oh. Terima kasih yaa Allah. Ben enggak jadi dijual.
Note; Hati-hati yaa bu ibu muda yang punya bayi. Jangan lalai, apalagi kalau punya anak yang layak jual.
@ aku lagi di mall ~ teringat kisah ini, beberapa tahun yang lalu @ by; Fifi P Jubilea (JISc/JIBBS) @ Jakarta Islamic School.
By: Fifi P. Jubilea (S.E., S.Pd., M.Sc., Ph.D – Oklahoma, USA).
Owner and Founder of Jakarta Islamic School (Jakarta fullday); Kalimalang, Joglo, Depok.
Owner and Founder of Jakarta Islamic Boys Boarding School – Megamendung
Owner and Founder of Jakarta Islamic Girls Boarding School – Mega cerah
Next;
Owner and Founder of Jubilea Islamic College (2023) – Purwadadi Subang – setara SMP dan SMU. Boys and girls.
Owner and Founder of Jubilea University (2024) – Purwadadi and Malaka
Founder and Owner of Jakarta Islamic School, Jakarta Islamic Boys Boarding School (JIBBS), Jakarta Islamic Girls Boarding School (JIGSc)
Visit: //www.facebook.com/fifi.jubilea
Jakarta Islamic School (JISc/JIBBS/JIGSc): Sekolah sirah, sekolah sunnah, sekolah thinking skills (tafakur), sekolah dzikir dan sekolah Al-Qur’an, School for leaders
For online registration, visit our website:
𝗵𝘁𝘁𝗽𝘀://𝘄𝘄𝘄.𝗷𝗮𝗸𝗮𝗿𝘁𝗮𝗶𝘀𝗹𝗮𝗺𝗶𝗰𝘀𝗰𝗵𝗼𝗼𝗹.𝗰𝗼𝗺/
Further Information:
0811-1277-155 (Ms. Indah; Fullday)
0899-9911-723 (Mr. Mubarok; Boarding)
Website:
https://ChanelMuslim.com/jendelahati
https://www.jakartaislamicschool.com/category/principal-article/
Facebook Fanpage:
https://www.facebook.com/jisc.jibbs.10
https://www.facebook.com/Jakarta.Islamic.Boys.Boarding.School
Instagram:
www.instagram.com/fifi.jubilea
Twitter:
https://twitter.com/JIScnJIBBs
Tiktok:
https://www.tiktok.com/@mamfifi_jisc