DI TENGAH kecamuk pembombardiran Gaza oleh penjajah Israel, kita temukan mutiara keteladanan dari perilaku masyarakat Gaza. Hal menarik yang tidak biasa terjadi pada situasi krisis di masyarakat manapun di belahan dunia ini.
Secara manusiawi, dalam kondisi krisis di saat lapar, haus, takut, dan rumah mereka hancur, orang cenderung melakukan tindak kejahatan seperti penjarahan/pencurian yang kemudian dianggap sebagai hal yang wajar. Namun situasi itu tidak kita temukan di Gaza.
Baca Juga: Relawan Indonesia Menjadi Saksi Harumnya Jenazah Pemuda Gaza
Mutiara Keteladanan dari Masyarakat Gaza
Tidak terdengar adanya pencurian atau penjarahan, ataupun pembunuhan. Masyarakat Gaza akan mendapati barang-barang di rumah mereka utuh tanpa ada yang menyentuh saat mereka kembali ke rumah-rumah mereka.
Lantas apakah perilaku itu dilakukan karena adanya polisi yang berpatroli di Gaza? Jangan bermimpi bertemu polisi di Gaza. Kondisi keamanan, membuat Pemerintah Palestina tidak bisa hadir di Gaza, pun anggota kepolisiannya. Takkan kita temukan pos polisi, mobil polisi ataupun patroli polisi disana.
Situasi krisis juga seringkali menimbulkan kericuhan di masyarakat. Mereka yang di dera lapar cenderung berebut makanan, minuman dan bantuan lainnya.
Namun fenomena itu tidak ditemukan di Gaza. Masyarakat Gaza terbiasa berbagi. Jika seseorang memiliki satu roti kering, ia akan memotong-motongnya dan membaginya dengan orang yang bahkan ia sendiri tidak mengenalnya.
Bukan hanya makanan tetapi mereka juga saling berbagi air, obat-obatan dan apa saja yang tersisa. Berbagi juga dilakukan dalam urusan lain seperti urusan tidur.
Jika ada orang yang memiliki kasur, ia akan tidur di kasur itu selama 3 jam. Kemudian ia bangun dan kasur itu dipakai tidur oleh orang lain selama 3 jam. Kemudian diganti oleh yang lain lagi, dan demikian seterusnya.
Dalam situasi normal, antri dan menunggu merupakan hal yang sangat melelahkan secara psikologis. Apalagi dalam situasi perang, tentu lebih melelahkan lagi. Antri dan menunggu selama sembilan bahkan sepuluh jam bukan hal yang sederhana. Namun menjadi hal biasa yang kita lihat di Gaza.
Antri biasanya dilakukan oleh kaum laki-laki. Tentu bukan untuk kebutuhan pribadinya saja. Akan tetapi untuk memenuhi kebutuhan anak istrinya di rumah atau di pengungsian.
Luar biasanya, jika ada seorang perempuan yang datang untuk ikut antri, mereka akan mendahulukan perempuan tersebut dengan penuh rasa hormat walau mereka sendiri telah berdiri berjam-jam.
Perempuan itu akan dipersilahkan berada di barisan paling depan dan segera mendapatkan kebutuhannya. Nyatanya kebiasaan seperti ini bukan hanya terjadi di satu tempat saja.
Menurut warga Gaza, perilaku seperti itu sudah menjadi kebiasaan warga Gaza. Mereka saling tolong menolong dalam segala sesuatu. Untuk keperluan mandi, makan, mencuci dan pemenuhan kebutuhan keseharian lainnya.
Jika di tempat lain, polisi lengah satu jam saja, kejahatan merajalela dimana-mana. Namun di Gaza, dalam situasi krisis bahkan satu potong rotipun tidak akan hilang. Tidak ada yang berani mencurinya.
Ketika ada toko yang terkena serangan bom dan barang-barangnya berantakan kemana-mana, orang-orang menunggu pemilik toko dan pegawainya untuk membereskan barangnya dan barulah mereka membeli barang-barang yang dibutuhkan itu.
Apakah saat itu dipantau oleh polisi Palestina? Tentu saja tidak. Apakah ada pasukan Hamas yang berjaga agar mereka tertib? Tentu tidak juga. Masyarakat melakukannya dengan penuh kesadaran akan nilai-nilai Ilahi dan nilai-nilai luhur kemanusiaan.
Mutiara keteladanan itu disajikan oleh masyarakat Gaza untuk masyarakat dunia. Agar kita semua belajar bahwa krisis (perang) tidak harus membuat kita melepas nilai-nilai kemanusiaan kita.
Krisis dapat menjadi sarana peningkatan persaudaraan, sarana peningkatan kedisiplinan, dan sarana saling mencintai sesama. Tentu bagi mereka yang memiliki kesadaran, kebesaran hati dan kedekatan dengan Ilahi.
Maka bagaimana dengan kita, yang berada dalam situasi biasa-biasa saja ?.
Wallohu a’lam bis showwab
(Disadur dari penuturan Ahmad Al-Badiry, seorang jurnalis di jaringan televisi Al-Ghad)
Pemateri: Ustadzah Eko Yuliarti Siroj, S.Sos., M.Si.
[Ln]