JUTAAN orang menghadiri Aksi Bela Palestina, tak terkecuali komunitas Teman Tuli dari Asosiasi Tuli Muslim Indonesia (ATMI) yang mengikuti kegiatan tersebut di Monas, Ahad (05/11/2023).
Dalam aksi yang diinisiasi Majelis Ulama Indonesia dan juga dihadiri sejumlah tokoh nasional lintas agama itu, para Teman Tuli ikut menyampaikan dukungannya.
Salah satu Teman Tuli, Nia, berharap bahwa Palestina mendapatkan kembali tanah airnya.
“Halo, nama panggilan saya Nia. Saya Tuli. Saya sangat berharap Palestina akan mendapatkan kembali tanah airnya,” kata Nia dalam bahasa isyarat saat diwawancarai media Deustche Welle Indonesia.
Lebih lanjut, Nia berharap, Teman Tuli juga mendapatkan akses informasi yang sama dengan orang dengar.
“Orang-orang dengar selalu mendapat akses informasi yang lengkap. Kami sangat membutuhkan informasi. Orang-orang yang bisa mendengar selalu mendapat informasi. Akses informasi mereka lengkap. Kami memiliki hak yang sama untuk membela Palestina,” tambahnya.
Nia dan sejumlah penyandang Tuli lainnya ikut dalam Aksi Bela Palestina. Di tengah teriakan peserta aksi, mereka menggunakan bahasa isyarat untuk menyuarakan dukungan kepada Palestina.
Untuk menyampaikan pesan dari orator, mereka dibantu Nur Indah, keluarga dari salah satu peserta aksi.
“Saya lihat belum ada juru bahasa isyaratnya, maka saya berinisiatif untuk membantu karena seperti tidak mendapatkan banyak inspirasi kalau misalnya hanya melihat saja. Jadi teman-teman juga butuh ada penerjemahan dari bahasa suara ke bahasa isyarat,” jelas Nur Indah.
baca juga: Ketua Relawan Tuli Indonesia: Disabilitas Bukan Berarti Tidak Mampu
Teman Tuli Ikut Aksi Bela Palestina, Ini yang Mereka Sampaikan
Dalam diam, mereka tetap ikut bersuara meski mereka terkendala dalam mendapatkan informasi.
View this post on Instagram
Lebih lanjut, pegiat Disabilitas Tuli, Nur Indah Harahap, mengatakan bahwa ia salut kepada Teman Tuli yang dalam keterbatasan akses informasi, tapi mau ikut serta dalam aksi tersebut.
“Salut kepada mereka yang dengan keterbatasan akses informasi, terpanggil untuk peduli dan meneriakkan isi hati untuk membela kemerdekaan Palestina,” kata Nur Indah.
Ia menambahkan, tidak semua orasi dapat disampaikan kepada Teman Tuli dengan mudah. Beberapa orasi yang mudah diterjemahkan dalam bahasa isyarat menurut Nur Indah, yaitu orasi Ibu Menlu Retno Marsudi dan Capres Anies Baswedan.
“Bahasa narasumber hari ini yang enak untuk diterjemahkan ke dalam bahasa isyarat cuma dua: puisi Ibu Menteri dan pidato tokoh masyarakat Anies Baswedan,” lanjutnya.
Menurutnya, pidato yang disampaikan dengan alur pembicaraan yang teratur, bahasa yang tertata, tempo pelan, berintonasi dan jelas dapat lebih mudah dialihbahasakan ke dalam bahasa isyarat.[ind]