ISRAEL itu bukan penjajah biasa. Negeri zionis itu berbeda dengan penjajahan yang dilakukan Belanda, Inggris, Spanyol, Portugis, Prancis, dan lainnya.
Dunia memandang bahwa Israel itu sebagai negara penjajah biasa seperti Belanda, Inggris, Spanyol, Portugis, Prancis, dan lainnya.
Karena itu, solusi yang kerap ditawarkan PBB dan negara lainnya adalah perjanjian damai antara Israel dan Palestina.
Hal ini sangat tidak mungkin terjadi. Meskipun sejumlah perjanjian damai kerap dilakukan, tapi Israel tetap saja tidak berubah. Kenapa?
Satu, Israel berbeda dengan penjajahan yang dilakukan negara lainnya.
Semua model penjajahan dari negara kuat ke negara lemah hanya bersifat militeristik. Artinya, yang masuk dan menginvasi negara yang dijajah hanya kekuatan militernya saja.
Ketika negara penjajah tersebut mendapatkan sesuatu yang mereka incar, seperti kekayaan alam, maka kekayaan alam itu mereka bawa ke negeri si penjajah.
Dan ketika mereka terdesak, atau ada hal lainnya, militer negara-negara penjajah itu kembali ke negara asalnya sehingga lahir yang disebut kemerdekaan untuk negeri yang dijajah.
Namun, tidak begitu dengan Israel. Negara zionis ini masuk ke Palestina bukan hanya dengan kekuatan militernya. Tapi juga mengangkut ribuan warga sipil dari luar negeri masuk ke Palestina. Mereka disediakan rumah yang berada di tanah warga Palestina.
Dengan begitu, kemerdekaan dan perdamaian di Palestina tidak mungkin akan terwujud kecuali Israel dan penduduknya keluar dari Palestina.
Kedua, Israel menjajah Palestina bukan karena kekayaan alam. Tapi karena ideologi yang mengajarkan bahwa Palestina adalah negeri yang dijanjikan Tuhan untuk mereka.
Hal itu tercermin dari pernyataan para petinggi Israel bahwa Palestina adalah negeri nenek moyang mereka. Negeri yang dijanjikan Tuhan untuk bangsa Yahudi.
Karena itu, perjuangan mereka adalah perjuangan eksistensi, bukan kepentingan politik, ekonomi, militeri, dan lainnya.
Perjuangan eksistensi ini menjadikan mereka tidak akan punya toleransi dan kompromi dengan tanah Palestina yang mereka duduki.
Ketiga, dukungan negara-negara pelindung Israel bukan sekadar kepentingan politik, ekonomi, atau ras. Tapi karena kesatuan ideologi tadi.
Selama ini, setidaknya ada empat kekuatan dunia yang selalu berada di belakang Israel. Yaitu, Amerika, Inggris, Eropa, dan PBB.
Meski tidak didukung oleh rakyat di negara-negara yang bersangkutan, dukungan resmi negara-negara dan organisasi itu bukan karena kepentingan biasa. Tapi karena sesuatu yang sangat fundamen.
Ada semacam pertalian rahasia di antara mereka. Dan pertalian itu bukan sekadar program atau kebijakan negara yang bisa berubah-ubah sesuai kepentinganya. Melainkan, sebuah pertalian eksistensi di antara mereka.
Karena itu, melawan dan mengusir Israel dari tanah Palestina sama saja dengan berperang melawan empat kekuatan itu.
Tidak mungkin satu, dua, atau tiga negara saja yang mampu ikut memperjuangkan Palestina. Tapi harus seluruh kekuatan negara yang menyatu dalam ideologi Islam.
Tidak heran jika pembebasan Palestina oleh umat Islam dunia, pertanda sebagai perang akhir zaman yang disampaikan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menyampaikan, Tidaklah datang hari Kiamat sehingga kaum muslimin memerangi Yahudi. Yahudi-yahudi itu bersembunyi di balik batu dan pohon. Batu dan pohon itu pun berkata, ‘Hai muslim, wahai hamba Allah, ini ada Yahudi di belakangku, bunuh dia.’ Kecuali, pohon Garqad. Karena itu adalah pohon Yahudi.” (HR. Muslim)
Jadi, Palestina insya Allah akan merdeka. Mereka akan terbebas dari Israel untuk selamanya. Dan hal itu merupakan di antara pertanda keadaan akhir zaman yang akan dialami umat manusia. [Mh]