ChanelMuslim.com – Cahaya di Langit Jiwa (4)
SALING MEMAAFKAN
Cahaya ini dinyalakan oleh Ibnu As-Samak, penasihat Khalifah Harun ar-Rasyid, ketika ada seorang temannya mengatakan :
الميعاد بيني و بينك غدا نتعاتب
“Baik, besok aku dan kamu akan saling mencela “.
Seakan-akan sudah terjadi suatu kesalahan dari Ibnu as-Samak sehingga ia membuat kesal hati temannya. Namun perkataan tidak enak itu dijawab oleh Ibnu as-Samak dengan rendah hati :
بل بيني وبينك غدا نتغافر
“Tidak, justru esok hari aku dan kamu akan saling memaafkan”.
Kalimat ini keluar dari lisan yang didorong oleh hati yang bersih. Sikap saling memaafkan antara saudara sesama muslim adalah akhlaq mulia.
Tidak ada manfaat dari sikap saling mengumpat, tidak ada guna dari sikap saling mencela. Ini adalah bibit perpecahan. Masing-masing menuntut sikap yang ma’shum ( bersih dari kesalahan ), sementara diri entah seperti apa keadaan.
Kehidupan akan terasa indah apabila setiap bertemu dan bersalaman dengan saudaramu, anda ucapkan :
رب اغفرلي و لاخي هذا
“Ya Allah, ampunilah aku dan ampunilah saudaraku ini “.
Wahai para da’i , janganlah engkau nodai dan jangan engkau lukai wajah indah ukhuwwah yang memancarkan cahaya. Sesungguhnya sikap saling memaafkan itu lebih baik daripada saling mencela.
Dengan ini kau telah menguatkan bangunan persaudaraan. Persaudaraan adalah kunci persatuan. Persatuan adalah salah satu kunci kemenangan.
“Berlomba-lombalah kamu untuk mendapatkan ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul2-Nya. Itulah karunia Allah yang diberikan kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah mempunyai karunia yang besar “. (QS al-Hadid : 21).
Wallahu a’lam bisshawwab.
@wirianingsih
Rujukan :
“Al’Awaiq” Muhammad Ahmad arRasyid.
—
#RenunganUntukParaDa’i
Catatan Ustadzah Wiwi Wirianingsih di akun Facebook pada 2 Februari 2018