KETIKA anak mama jadi penguasa, kisah ini pernah terjadi pada masa Daulah Abbasiyyah dan ceritanya berakhir tragis. Bagaimana sejarah menjadi pelajaran buat kita? Ikuti selengkapnya berikut ini.
Penulis buku Journey to the Light Uttiek M. Panji Astuti mengulas tentang seorang khalifah termuda pada masa Daulah Abbasiyah yang dijuluki “Anak Mama”.
“Yang mengurus pemerintahan adalah kaum perempuan,” tulis sejarawan ‘Ali ibnu al-Husayn ibnu ‘Alī ibnu ‘Abdullah al-Hadhali atau yang lebih dikenal sebagai Al Mas’udi.
Perempuan yang dimaksud adalah Saghab al-Sayyidah, ibunda Sang Khalifah. Sering kali, Saghab mengambil kebijakan-kebijakan penting, sementara anaknya itu hanya sibuk bersenang-senang.
Terlahir dengan nama Ja’far bin Al-Mu’tadhid, ia dikenal sebagai Khalifah Al-Muqtadir Bilah (908-932 M), khalifah ke-18 Daulah Abbasiyyah.
Banyak yang meragukan pengangkatannya sebagai Khalifah sejak awal, utamanya karena usianya yang masih sangat belia. Ia menggantikan kakaknya Al Muktafi yang sakit parah.
Sepanjang sejarah Daulah Abbasiyyah, tercatat ia adalah Khalifah termuda.
Baca juga: Hancurnya Baghdad bukan Akhir Peradaban Islam
Anak Mama Jadi Penguasa
Gaya kepemimpinan Khalifah Al Muqtadir membuat Abbasiyah tidak berdaya. Pusat tidak lagi bisa mengatur bawahannya, baik melalui pendekatan politik maupun militer. Alhasil, dirinya kian kehilangan wibawa.
Pada masa itu, wilayah-wilayah yang semula tergabung dalam Daulah Abbasiyah mulai berani memberontak. Sejumlah kawasan bahkan dengan terang-terangan menyatakan berlepas diri.
Di Mesir, para penguasanya memproklamirkan berdirinya Daulah Fatimiyah yang berhaluan syiah.
Akhir tragis mengiringi kisah “anak mama” yang menjadi penguasa itu. Kepalanya dipenggal panglimanya sendiri yang bernama Muknis Al-Muzhaffar dalam sebuah pemberontakan.
Entah kebetulan atau tidak, pada masa pemerintahannya ibu kota Baghdad sempat dipindahkan ke kota Samarra oleh pendahulunya, dan baru kembali lagi ke Baghdad pada 940 M, setelah kekuasaannya berakhir.
Bukan soal usia sebenarnya yang membuat lemahnya pemerintahan, namun kemampuan untuk memimpin yang utama.
Hari ini kita kembali mendengar, “anak mama” yang mengumumkan diri ingin menjadi penguasa. Dari Daulah Abbasiyyah harusnya kita bisa belajar banyak.
View this post on Instagram