ADI Zulfikar, alumni Sekolah Pemikiran Islam (SPI) Indonesia, mengatakan bahwa ada tiga masalah utama yang menyebabkan Umat Islam lemah pada acara diskusi yang diselenggarakan oleh SPI Indonesia di helatan akbar Islamic Book Fair 2023. (Jum’at, 22/09)
“Umat Islam dalam lintasan sejarahnya naik turun ada kalanya di atas jaya, lemah, dan ada kalanya jaya lagi,” ucap Adi.
Saat umat Islam dalam kondisi lemah ada tiga masalah utama yang Adi sebutkan:
1. Merebaknya perilaku jahilihiyah di masyarakat
Zaman jahiliyah yang terjadi sebelum Nabi shallalalhu ‘alaihi wa sallam ditandai dengan perilaku masyarakat yang jahiliyah.
“Perilaku itu bisa berulang di zaman sekarang, maka jangan heran kalau sekarang muncul lagi,” lanjut Adi.
Terjadinya penyimpangan sebelum masa Nabi shallalalhu ‘alaihi wa sallam ini juga disebabkan terjadi kekosongan turunnya wahyu. Ada sekitar 600 tahun jarak antara Nabi Isa dan Nabi Muhammad.
Namun meskipun demikian masih ada orang-orang hanif yang menganut tauhid. Sehingga panjangnya abad kekosongan tersebut, masih menurut Adi, tidak bisa dijadikan oleh umat Islam saat ini untuk melakukan penyimpangan karena wahyu tidak turun lagi.
Baca Juga: Konsep Ketuhanan Membentuk Sudut Pandang Umat Islam
3 Masalah Utama yang Menyebabkan Umat Islam Lemah
Sebagai contoh ayah dari Said bin Zaid yaitu Zaid bin Amr. Ia masih menjalankan ajaran agama yang hanif meskipun selama ia hidup penyimpangan tauhid sudah merebak.
Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bahkan menjaminnya masuk surga, walaupun meninggal sebelum Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam diutus.
Zaid tetap mencari kebenaran di tengah merebaknya perilaku jahiliyah serta tetap mengamalkan ajaran tauhid yang sudah sangat asing di masa itu.
2. Keributan antara umat Islam sendiri karena masalah khilafiyah
“Padahal di masa Nabi, sahabat pernah berselisih dan berbeda pendapat tapi tidak sampai terjadi pertengkaran,” jelas Adi.
Pad peristiwa perang Bani Quraidzah yang berkhianat dan setelah selesai membendung pasukan Ahzab, Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam memberikan perintah agar jangan ada yang shalat ashar kecuali di tempat Bani Quraidzah.
Namun di tengah perjalanan, ada sahabat yang khawatir jika ia tidak sempat melaksanakan shalat ashar di Bani Quraidzah, sebaliknya sebagian sahabat tetap mengikuti perintah Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam untuk shalat di Bani Quraidzah.
Ketika para shahabat bertemu Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam, mereka mengadukan kejadian tersebut kepadanya dan Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam tidak menyalahkan keduanya.
3. Kurangnya kesadaran umat Islam untuk berdakwa
“Orang menganggap dakwa itu tugasnya ustaz, tugasnya ulama. Kita umat Islam ya udah belajar aja, ngaji aja, gak usah berdakwah,” kata Adi.
Ia melanjutkan, “Padahal kalau kita belajar sirah, kita akan melihat sahabat Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam tidak ada yang berdiam diri.”
Sebagai contoh Utsman bin affan, ia mendonasikan hartanya untuk kepentingan umat termasuk untuk kebutuhan logistik perang Tabuk. Tapi ia tetap ikut berangkat berperang.
“Tiap orang perlu memanfaatkan skill yang dimilikinya untuk berdakwah,” ucap Adi.
Oleh karena itu pentinya umat Islam belajar sirah agar bisa mengambil hikmah sehingga berdampak pada penyelesaian masalah yang dihadapi oleh umat Islam. [Ln]