BAHASA Isyarat Indonesia atau Bisindo merupakan identitas budaya Tuli dan juga kekayaan bangsa Indonesia yang harus diwariskan. Hal itu disampaikan oleh Ketua Relawan Tuli Indonesia, Dr. Muhammad Fauzi, S.Des., M.DS. di Jakarta, Selasa, (19/9/2023).
“Bahasa isyarat Indonesia merupakan identitas budaya Tuli di Indonesia. Identitas budaya Tuli Indonesia itu salah satu kekayaan yang harus diwariskan oleh bangsa Indonesia, Bisindo itu sangat luar biasa, indah sekali,” ungkap Fauzi di sela Deklarasi Relawan Tuli Indonesia Dukung Anies Baswedan.
Menurut Fauzi, Bisindo harus diperjuangkan sebagai hak Teman Tuli dalam berbicara dan berkomunikasi.
“Kita harus memperjuangkan itu di mata dunia, memperjuangkan bahasa isyarat itu karena hak mereka berbicara, berkomunikasi,” lanjutnya.
Diakui Fauzi, Bisindo memiliki banyak kelebihan dibandingkan bahasa verbal.
“Bahasa isyarat itu banyak kelebihannya dibanding bahasa verbal, membantu disabilitas berkomunikasi dalam air, dalam kedap suara, fungsinya banyak sekali, karena itu, identitas ini harus dipertahankan,” kata Fauzi.
Bahasa Isyarat Indonesia, Identitas Budaya Tuli yang Harus Diwariskan
Banyak mindset masyarakat yang beranggapan bahwa Bisindo sesuatu yang negatif, Fauzi menampik hal tersebut.
“Oleh karena itu, kita perjuangkan lewat strategi kampanye kreatif, bentuk gagasan yang menarik yang dibentuk teman Tuli,” ujarnya.
Memperjuangkan Bisindo sebagai bahasa nasional Teman Tuli di Indonesia merupakan salah satu hal yang diperjuangkan Relawan Tuli Indonesia.
“Maka di sini kita menunjukkan bangsa yang bebas berpendapat, ini namanya pesta demokrasi. Mudah-mudahan aspirasi kita semua bisa tercapai,” tutup Fauzi.
Dikutip dari laman pusbisindo, Bisindo ditetapkan secara resmi pada Kongres Nasional Gerkatin pada tahun 2002.
Gerkatin adalah Gerakan untuk Kesejahteraan Tuna Rungu Indonesia. Organisasi ini mensosialisasikan Bisindo sebagai bahasa yang alamiah bagi disabilitas Tuli.
Untuk memperkuat status bahasa isyarat sebagai bahasa, Gerkatin bekerja sama dengan The Center for Sign Linguistics and Deaf Studies The Chinese University of Hong Kong dan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.
Para perwakilan Tuli di setiap daerah di seluruh Indonesia juga meminta agar segera mendirikan wadah pengembangan dan penelitian di Kongres Nasional Gerkatin di Makassar pada tahun 2006.
Pada akhirnya, Pusat Bahasa Isyarat Indonesia (Pusbisindo) diresmikan dalam Rapat Kerja Nasional Pertama pada tahun 2009 di Jakarta.[ind]