SEJAK digulirkan pada tahun 2021, Tik Tok Shop kian booming di tanah air. Tapi di saat yang sama, omset pedagang Tanah Abang turun hingga 80 persen.
Siapa pun akrab dengan Pasar Tanah Abang. Pusat pasar tekstil terbesar se-Asia Tenggara ini kini memasuki era suram.
Sejak usai Lebaran kemarin, omset para pedagang bahkan merosot hingga 80 persen. “Sebelum Lebaran saya masih dapat 10 juta per hari. Tapi sekarang, 2 juta aja susahnya bukan main,” ucap Lusi, seorang pedagang kepada Kompas.
Lusi tidak tahu pasti apa penyebabnya. Tapi sejak digulirkan Tik Tok Shop, sontak begitu banyak kios di Tanah Abang sepi dan akhirnya banyak yang tutup.
Menteri Koperasi dan UMKM, Teten Masduki, kepada media mengakui bahwa penurunan omset di Pasar Tanah Abang turun drastis di atas 50 persen. Ia tidak mengelak jika penyebabnya karena kemunculan Tik Tok Shop.
Menurut Teten, pemerintah memang harus segera bersikap. Selain mengancam bisnis UMKM, Tik Tok di negeri asalnya menurutnya hanya sebagai sosial media saja. Bukan sosial bisnis seperti di Tik Tok shop.
Namun, pengamat menilai bahwa hal itu wajar. Di era digital seperti saat ini, siapa pun harus mengikuti trend teknologi terutama media online.
Dalam bisnis online, tidak diperlukan biaya gedung dan sejenisnya. Cukup dengan aktif di media online, maka bisnis pun akan bergulir.
Selain itu, dengan belanja online para konsumen pun tidak direpotkan dengan biaya transportasi, tenaga ekstra, dan lainnya. Cukup klik-klik ponsel, transaksi sudah selesai.
Selama ini, bisnis online memang sudah marak di tanah air. Beberapa mal di kota-kota besar juga sudah bertumbangan. Begitu pun dengan supermarket-supermarketnya.
Tapi, para pedagang busana Tanah Abang merasakan kian sepinya penjualan setelah Tik Tok Shop digulirkan sejak tahun 2021.
Kenapa di Tik Tok bisa lebih murah dari yang lain?
Menurut pedagang di Tanah Abang yang mencoba masuk ke Tik Tok Shop, mengakui bahwa harga barang di Tik Tok Shop jatuhnya memang jadi lebih murah.
Menurutnya, ada dua diskon yang bisa menguntungkan pembeli. Pertama, diskon yang diberikan oleh pedagang, dan diskon dari Tik Tok sendiri. Belum lagi dengan gratis ongkos kirim.
Peneliti Indef, Nailul Huda, kepada Kompas menjelaskan lebih rinci kenapa dengan Tik Tok Shop harga menjadi begitu murah.
Pertama, karena Tik Tok Shop menggunakan saluran social-commerce atau perdagangan melalui media sosial, dan bukan seperti bisnis online lain yang menggunakan e-commerce.
Social commerce belum termasuk dalam peraturan Kementerian Perdagangan tentang pernjualan melalui online. Padahal di aturan itu ada penambahan pajak, dan lainnya.
Selain itu, Tik Tok Shop sepertinya menggunakan media itu untuk melancarkan bisnis produk impor yang berasal dari Cina. Dengan algoritma diskon jor-joran, maka konsumen akan terus melirik produk-produk asal Cina.
Tentu saja, hal ini akan mematikan produk-produk lokal termasuk UMKM.
Nailul menyarankan agar pemerintah memasukkan Tik Tok Shop kedalam aturan bisnis online yang sudah ada. Termasuk juga tentang kebijakan barang impor yang jika dibiarkan akan mematikan produk lokal.