KEDEKATAN Fatimah, anak perempuan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam banyak dikisahkan dalam beberapa riwayat. Fatimah selalu bersikap manja kepada sang Ayah bahkan ada rahasia yang disimpan di antara mereka berdua.
Rasulullah shallallahi ‘alaihi wa sallam juga sangat menyayangi Fatimah. Baginya siapapun yang melukainya, juga melukai Fatimah.
Dalam kitab Siyar A’lam An-Nubala’ karya Imam Adz-Dzahabi, diceritakan bahwa Rasulullah pernah marah ketika sampai berita kepadanya bahwa Ali bin Abi Thalib, suami Fatimah, ingin menikahi putri Abu Jahal.
Baca Juga: Fatimah Al-Fihriyah, Perempuan Pendiri Kampus Tertua di Maroko
Kedekatan Fatimah dengan Sang Ayah Muhammad SAW
Ketika itu beliau bersabda, “Demi Allah, putri Nabiyullah tidak boleh dicampur dengan putri musuh Allah. Sesungguhnya Fatimah merupakan bagian dariku. Sesuatu yang meragukanku berarti meragukannya dan sesuatu yang menyakitkanku berarti menyakitinya.”
Ali akhirnya tidak jadi meminang putri Abu Jahal karena menjaga kehormatan Fatimah.
Fatimah sangat mirip dengan ayahnya, cara bicara dan gerak tubuh keduanya serupa. Aisyah radhiyalllahu ‘anhaa berkata, “Jika Fatimah datang sambil berjalan, gaya jalannya terlihat sama dengan gaya jalan Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam. Lalu beliau berdiri seraya berkata, “Selamat datang wahai putriku.”
Pada riwayat lain, dari Aisyah Ummul Mukminin, dia berkata, “Aku tidak pernah melihat seorang pun yang perkataan dan pembicaraannya menyerupai Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam selain Fatimah, dan jika Fatimah menghadap Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam maka beliau berdiri lalu menciumnya dan memanjakan dirinya. Begitu juga Fatimah memperlakukan Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam.”
Sebagai anak perempuan, kehilangan sosok ayah sangatlah berat. Apalagi Rasulullah merupakan sosok ayah teladan yang tak hanya memberikan nafkah namun menjadi rujukan atas segala masalah kehidupannya.
Aisyah pernah bercerita, “Suatu hari istri-istri Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam berkumpul di sisinya, tidak satu pun di antara mereka yang pergi. Kemudian Fatimah datang dengan langkah yang jauh berbeda dengan langkahnya Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam.
Ketika beliau melihatnya, beliau menyambutnya seraya bersabda, “Selamat datang Anakku!”.
Kemudian dia didudukkan di samping kanan atau kirinya, lalu berbisik kepadanya hingga dia menangis. Setelah itu Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam berbisik lagi kepadanya hingga Fatimah tertawa.
Ketika beliau berdiri, aku (Aisyah) berkata kepada Fatimah, “Hanya karena Rasulullah berbisik kepadamu, kamu menangis. Aku sebenamya ingin tahu, apa yang dibisikkan beliau kepadamu dan aku punya hak untuk mengetahuinya darimu.”
Ketika dia ingin menjelaskan kepadaku apa yang menjadikannya tertawa dan menangis, dia berkata, “Aku tidak akan menyebarluaskan rahasia Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”
Setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat, aku bertanya kepadanya, “Aku masih ingin mengetahui sesuatu yang berhak aku ketahui darimu.”
Fatimah menjawab, “Kalau sekarang aku mau menceritakannya. Pertama, Rasulullah mengatakan kepadaku bawah biasanya malaikat Jibril turun menernui beliau dengan AI Qur’an setiap tahun sekali, namun kemudian beliau mengatakan bahwa Jibril mendatanginya pada tahun ini setahun dua kali. Lalu beliau bersabda, ‘Maka aku tidak mengira kecuali bahwa ajalku telah dekat. Oleh karena itu, bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah’.
“Aku pun menangis,” ketika beliau melihatku sedih, beliau bersabda, ‘Apakah kamu tidak rela jika nanti kamu menjadi pemimpin wanita dunia ataupun pemimpin wanita umat ini?” “Akupun tertawa”. (HR. Bukhari)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tak hanya kebanggaan umatnya, namun di dalam kehidupan berumah tangga ia juga sosok ayah penyayang dan selalu dirindukan oleh anak perempuannya. [Ln]