MEMBANGGAKAN, pulau Gili Iyang populer karena disebut sebagai pulau dengan kadar oksigen terbaik kedua di dunia.
Lembaga Penelitian Antariksa Nasional (Lapan) mengklaim pulau tersebut sebagai pulau dengan udara terbersih.
Pulau yang terletak di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur ini.
Usut punya usut, pulau tersebut memang rendah zat pencemarnya sehingga kualitas udaranya sangat sehat dan segar.
Dengan kualitas udara sebagus itu, tak mengherankan jika banyak masyarakat pulau ini yang berumur panjang.
Pulau Oksigen tertinggi di Indonesia ini berlokasi di Kecamatan Dungkek, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Oksigennya diklaim sebagai nomor dua tertinggi di dunia setelah Laut Mati, Yordania.
Menurut riset Jaelani (2016), kadar oksigen di pulau tersebut berkisar 20-21,5% lebih tinggi ketimbang kadar oksigen normal 18-19%.
Dikutip dari @pandemictalks, berikut keunggulan pulau istimewa yang membanggakan ini.
Baca juga: Bos Perusahaan Penyedia Oksigen Meninggal Dunia
Gili Iyang, Pulau Oksigen Terbaik di Dunia ada di Indonesia
1. Segarnya udara di pulau ini bukan karena oksigennya tinggi tapi karena minimnya zat pencemar
Riset Sumaryati (2015) mengungkapkan, satu alasan utama bersihnya udara di pulau ini tidak lain karena minimnya sumber polutan di pulau yang turut didukung dengan kondisi alamnya yang masih asri.
Masyarakatnya kebanyakan bekerja sebagai nelayan, peternak, dan pelaku pariwisata. Aktivitas masyarakatnya yang minim polusi inilah yang membuat kualitas udaranya tetap terjaga.
2. Masyarakatnya berumur panjang hingga dijuluki Pulau Awet Muda
Bersihnya kualitas udara di Gili Iyang yang tersedia sepanjang waktu tentunya turut mendukung kesehatan masyarakat setempat.
Tak mengherankan, jika di sana mudah dijumpai warga Gili Iyang berusia di atas 90-100 tahun yang masih segar bugar dan atif bekerja. Sebab itu, Gili Iyang juga punya sebutan lain “Pulau Awet Muda”.
3. Mengembangkan pariwisata ramah lingkungan
Kepopuleran Gili Iyang sebagai pariwisata “Pulau Oksigen Terbaik” juga mendorong pengelola wisata dan masyarakat berupaya menjaga kualitas udara di kawasan ini.
Menurut riset Saleh (2003), sejumlah upaya tersebut di antaranya: mendorong reboisasi
mengajak masyarakat untuk tidak menambah kendaraan bermotor, menyediakan wisata sepeda gunung agar lebih ramah lingkungan.