MENGAJARKAN keimanan kepada anak tidak harus menunggu ia dewasa dan bisa memahami hal-hal yang bersifat abstrak. Sebab menanamkan keyakinan pada anak pada masa awal pertumbuhannya dapat membuka potensinya untuk bisa menerima kebenaran tanpa memerlukan adanya bukti.
Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Ihyaa’ Ulumiddin mengatakan bahwa di masa awal pertumbuhan manusia, Allah membukanya sanubari untuk beriman kepada-Nya. Ini adalah bagian dari fitrah.
Kelak saat dewasa, anak akan lebih mudah menerima keyakinan akidah yang lebih mendalam jika sejak dini ia telah memiliki fondasi dari tauhid yang ditananamkan oleh orangtuanya.
Mulai dari mengenalkan tentang Allah dan ciptaan-Nya yang ada di sekitar sang anak, hingga selalu melibat segala aktivitas anak dengan tauhid seperti mengajarkan doa-doa.
Baca Juga: Doa agar Keimanan Bertambah
Pentingnya Mengajarkan Keimanan pada Anak Sejak Dini
Untuk mengokohkan keyakinan tauhid kepada anak tidak perlu dalil yang berbelit-belit. Layaknya akidah orang awam, pada awalnya mereka lebih banyak bersikap taklid atau mengikut saja pada ulama atau gurunya.
Demikian anak, sebagai peniru yang ulung maka keteladanan dari orangtua dan sekitarnya sangat berpengaruh pada pembentukan karakter anak.
Sikap taklid ini, menurut Imam Al-Ghazali, tidak terlepas dari faktor kelemahan yang melingkupi seseorang. Akan tetapi, kelemahan tersebut apabila terus diperbaiki, dikembangkan, diperkuat dan diteguhkan, maka dengan sendirinya akan lenyap.
Semakin beranjak usia anak, jika orangtua konsisten memberinya pemahaman agama yang sesuai usia maka anak akan menemukan hakikat keyakinan yang sejati.
Ajak anak membaca buku-buku cerita keislaman, merenungkan ayat-ayat Allah dengan pemahaman yang mudah, mengamati ciptaan-Nya, mengajarkannya hadis-hadis yang anak butuhkan, mengenalkannya kepada tokoh-tokoh dan pahlawan inspiratif dalam Islam hingga mengajak dan membimbingnya untuk mengamalkan segala hal yang telah diajarkan.
Bertahap dalam menanamkan tauhid adalah metode dakwah yang telah dilakukan oleh Nabi shallallahu’alaihi wa sallam. Di awal dakwah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, mengajarkan kepada para sahabat tentang dasar-dasar tauhid dan fiqih.
Maka jangan sampai saat dewasa, anak menerima pemahaman agama yang tinggi tanpa memahami dasar-dasarnya, karena keyakinan agama yang tidak utuh dan mendasar akan membuat seseorang memiliki keyakinan agama yang salah dan menyimpang. [Ln]