MITOS merupakan pelajaran dari sesuatu yang tidak nyata. Yin Yang adalah sisi positif dan negatifnya.
Masyarakat kita kaya dengan mitos. Mitos-mitos itu tersebar dan terwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi.
Menariknya, meski hanya sekadar mitos atau tidak ada sandaran yang nyata dan kuat, tapi begitu mengakar dalam kehidupan sehari-sehari di masyarakat.
Masyarakat memegangnya sebagai nasihat yang baik. Ada juga yang menjadikannya sebagai patokan dalam kehidupan sehari-hari. Dan seterusnya.
Misalnya, ada mitos yang mengatakan, “Kalau duduk jangan di depan pintu, nanti susah dapat jodoh.”
Mitos ini susah dicari sandarannya. Misalnya, adakah dalil syariatnya, adakah hukum positif yang mengaturnya, dan lainnya.
Tapi begitu, tidak sedikit masyarakat kita, terutama di daerah-daerah tertentu, memegangnya sebagai aturan yang patut diamalkan.
Kalau ada anak-anak gadis yang tidak sengaja duduk di depan pintu, maka para orang tua akan mengingatkannya dengan kalimat tadi. Karena si gadis takut tidak mendapatkan jodoh, maka ia pun segera mengamalkannya atau tidak lagi duduk di depan pintu.
Para generasi penerus jarang yang bertanya di mana dasar hukum atau nalarnya. Yang mereka tangkap hanya pada inti kalimat, yaitu susah dapat jodoh.
Padahal mungkin saja, banyak gadis yang belum beruntung mendapatkan jodoh sementara ia tidak pernah duduk di depan pintu.
Boleh jadi, ada hikmah di balik mitos itu. Yaitu, para remaja tidak asal duduk di sembarang tempat di rumah. Karena kalau mereka biasa duduk di depan pintu, tentu akan menyulitkan orang lain yang mau lewat.
Sisi lain yang juga kerap disorot para pendidik terutama dari sisi agama adalah tentang nilai dasar Islam. Apakah suatu mitos bisa bertabrakan dengan nilai akidah? Nah, hal ini juga cukup ramai dibicarakan.
Jadi, mungkin saja ada pesan baik di balik mitos yang disampaikan para orang tua kepada anak-anaknya. Tapi tidak tertutup kemungkinan juga, ada sisi negatif yang bahkan bisa bertabrakan dengan nilai akidah. [Mh]