USTAZ, saya mau nanya. Kita sebagai muslim bisa enggak ikut perang karena dibayar bukan karena membela negara, keluarga dan agama? Ya, lebih tepatnya karena uang atau mencari nafkah.
Apakah kalau kita sebagai muslim ikut berperang tersebut dan mati, apakah kita masih syahid? Karena tujuan kita mati karena mencari uang dalam berperang, bukan membela pihak negara tersebut.
Sekarang lagi konflik antara Rusia dan Ukraina. Jadi ada pihak dari Rusia yang punya organisasi yang namanya Wagner PMC yang membayar orang yang bergabung di situ dengan bayaran yang besar setiap bulannya.
Dan saya tergiur dengan itu, apakah sah ya, Ustaz, dalam agama kita dengan pertanyaan di atas tadi? (Medan)
Baca juga: Perang Rusia Ukraina, Penderitaan Berat Eropa
Mau Ikut Perang Karena Dibayar, Ini Penjelasan Ustaz tentang Hukum Jadi Tentara Bayaran di Perang Rusia Ukraina
Ustaz Farid Nu’man Hasan memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Salah satu syarat diterimanya amal shalih adalah hendaknya amal itu ikhlas, tulus, bukan karena tujuan dunia.
Allah Ta’ala berfirman:
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا
“(Dialah) yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya…” (QS. Al Mulk (67): 2)
Siapakah yang paling baik amalnya?
Imam Ibnu Taimiyah Rahimahullah (w. 728H) mengutip dari Imam Al Fudhail bin ‘Iyadh (w. 187H) sebagai berikut:
قَالَ : أَخْلَصُهُ وَأَصْوَبُهُ فَقِيلَ : يَا أَبَا عَلِيٍّ مَا أَخْلَصُهُ وَأَصْوَبُهُ ؟ فَقَالَ : إنَّ الْعَمَلَ إذَا كَانَ صَوَابًا وَلَمْ يَكُنْ خَالِصًا لَمْ يُقْبَلْ . وَإِذَا كَانَ خَالِصًا وَلَمْ يَكُنْ صَوَابًا لَمْ يُقْبَلْ حَتَّى يَكُونَ خَالِصًا صَوَابًا . وَالْخَالِصُ : أَنْ يَكُونَ لِلَّهِ وَالصَّوَابُ أَنْ يَكُونَ عَلَى السُّنَّةِ . وَقَدْ رَوَى ابْنُ شَاهِينَ واللالكائي عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ قَالَ : لَا يُقْبَلُ قَوْلٌ وَعَمَلٌ إلَّا بِنِيَّةِ وَلَا يُقْبَلُ قَوْلٌ وَعَمَلٌ وَنِيَّةٌ إلَّا بِمُوَافَقَةِ السُّنَّة
(Yaitu) “yang paling ikhlas dan paling benar.” Ada orang bertanya: “Wahai Abu Ali, apakah yang paling ikhlas dan paling benar itu?” Dia menjawab:
“Sesungguhnya amal itu, jika benar tetapi tidak ikhlas, tidak akan diterima. Dan jika ikhlas tetapi tidak benar, juga tidak diterima. Sampai amal itu ikhlas dan benar.
Ikhlas adalah menjadikan ibadah hanya untuk Allah, dan benar adalah sesuai dengan sunah. Ibnu Syahin dan Al Lalika’i meriwayatkan dari Said bin Jubeir, dia berkata:
“Tidak akan diterima ucapan dan amal perbuatan, kecuali dengan niat, dan tidak akan diterima ucapan, perbuatan dan niat, kecuali bersesuaian dengan sunah.” (Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Majmu’ Fatawa, 6/345)
Dalam hadis, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam juga memberikan peringatan, dari Ubai bin Ka’ab Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
فَمَنْ عَمِلَ مِنْهُمْ عَمَلَ الْآخِرَةِ لِلدُّنْيَا لَمْ يَكُنْ لَهُ فِي الْآخِرَةِ نَصِيبٌ
“Barangsiapa di antara mereka beramal amalan akhirat dengan tujuan dunia, maka dia tidak mendapatkan bagian apa-apa di akhirat.”
(HR. Ahmad No. 20275. Imam Al Haitsami mengatakan: diriwayatkan oleh Ahmad dan anaknya dari berbagai jalur dan perawi dari Ahmad adalah shahih, Majma’ Az Zawaid 10/220. Darul Kutub Al ‘Ilmiyah)
Maka dari itu, jika seseorang berperang hanya karena bertujuan bayaran atau harta rampasan perang, maka dia tidak mendapatkan apa-apa di akhirat, sia-sia, bahkan kebalikannya dia berdosa dan mendapatkan siksa.
Allah Ta’ala berfirman:
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لا يُبْخَسُونَ (15) أُولَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الآخِرَةِ إِلا النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (16)
“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka Balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan.
Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Hud (11): 15-16)
Bahkan dalam hadis dari Abu Hurairah yang diriwayatkan Imam Muslim, An-Nasa’i, Imam Ahmad dan Baihaqi dijelaskan, orang pertama yang dipanggil menghadap Allah.
Ia seorang pria yang mati syahid. Saat di Yaumul hisab, Allah Ta’ala bertanya, “Apa yang telah kau lakukan dengan berbagai nikmat itu?”
Mujahid itu menjawab, “Saya telah berperang karena-Mu sehingga saya mati syahid.”
Allah Ta’ala pun menyangkalnya, “Kau berdusta. Kau berperang agar namamu disebut manusia sebagai orang pemberani. Dan ternyata kamu telah disebut-sebut demikian.”
Mujahid itu pun diseret wajahnya dan dilempar ke jahanam.
Oleh karenanya, jika seseorang ingin berjihad maka lakukanlah untuk meninggikan kalimat Allah Ta’ala, meninggikan Islam, atau yang diperintahkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaih Wa Sallam untuk dibela dan menjadi mati syahid jika mati membelanya seperti mati melindungi keluarga, agama, kehormatan, dan hartanya.
Ada pun tentara reguler yang ada di sebuah negeri muslim, mereka mencintai tanah airnya, dan mereka digaji bulanan,
lalu mereka berjihad membela negerinya yang merupakan salah satu bumi Allah Ta’ala, maka “gaji” bulanan tersebut tidaklah sama dengan orang yang berperang semata-mata mengincar bayaran seperti tentara bayaran.
Sebab gaji itu adalah hak mereka sebagaimana pegawai negara, dan hak yang mereka terima tidak dimaknai menganulir ketulusan mereka dalam membela agama, atau negerinya. Demikian. Wallahu a’lam.[ind]