DIAN Yasmina Fajri berhasil mempertahankan disertasinya dan meraih gelar doktor Ilmu Sejarah dari Fakultas Ilmu Pengetahuan Kebudayaan Universitas Indonesia, Senin (15/07/2023).
Mantan Pemimpin Redaksi Annida itu mengangkat penelitian tentang Komunitas Kebatinan Buhun Kranggan Jatisampurna Bekasi, Perjuangan Mempertahankan Identitas 1965-2019.
Dian menjelaskan, Buhun adalah ajaran kuno yang dianut oleh para leluhur masyarakat Kranggan yang merupakan percampuran Islam dengan ajaran animisme.
“Buhun juga mengandung arti “ilmu kesaktian” dan “upacara sakral” yang praktiknya diwariskan secara turun temurun,” jelas Dian.
Lebih lanjut, Buhun dipimpin oleh seorang Olot Utama yang dibantu oleh 25 orang Olot lain di bawahnya. Saat ini, Komunitas Kebatinan Buhun Kranggan (KKBK) sudah sampai pada kepemimpinan Olot yang ke-9.
“Konon, ajaran Buhun akan berakhir pada Olot yang ke-12,” ucap Dian yang sempat mengalami mimpi buruk dan hal ghaib dalam proses penelitiannya tersebut.
Leluhur KKBK, jelas Dian, diceritakan berasal dari kaum pelarian yang diburu oleh pasukan Fatahillah, mereka bersembunyi di hutan sekitar Gunung Putri, Bogor.
“Demi keselamatan diri, mereka menganut prinsip “nyeumpet di enggon ca’ang” yang artinya “bersembunyi di tempat yang terang” dan tidak menampakkan kepercayaan kebatinannya,” tambah Dian.
Ketika Olot Pidin, sang leluhur Buhun, pindah ke Kranggan, Jatisampurna, mereka harus berhadapan dengan sisa-sisa pasukan Mataram yang sudah lebih dahulu tinggal di daerah itu.
Mereka lalu berusaha mempertahankan diri dengan berbagai strategi bertahan, di antaranya dengan memperkuat kepercayaan terhadap para leluhur, menjaga identitas dan adat serta tradisi ajaran Buhun.
Baca juga: Bimbingan Disertasi, Oki Setiana Dewi Berharap Segera Selesai Sebelum Lahirkan Anak Keempat
Dian Yasmina Fajri Raih Gelar Doktor Ilmu Sejarah atas Disertasi Komunitas Kebatinan Buhun Kranggan
Dalam perjalanannya, KKBK menghadapi ancaman dan tantangan dengan masuknya Aliran Kebatinan Perjalanan (AKP) yang menjadikan Buhun seperti organisasi massa.
KKBK pada akhirnya terpecah menjadi tiga kelompok, yaitu Buhun Asli, AKP, dan Buhun Puritan.
Tantangan lain yang dihadapi KKBK adalah dominasi agama arus utama, kebijakan dan peraturan pemerintah, pendidikan, pendatang baru serta perubahan lingkungan akibat pembangunan di wilayah tersebut.
Bagaimana masyarakat memandang KKBK?
Dian menjelaskan, bagi masyarakat Kranggan yang mengetahui keberadaan komunitas Buhun, ritual KKBK dianggap sebagai bentuk kesyirikan karena masih menggunakan sesajen, merapal mantra dan lain-lain.
“Bahkan di salah satu masjid, orang-orang Buhun sempat diusir karena dianggap tidak sesuai dengan ajaran Islam dalam kehidupan beragama mereka,” terang Dian.
Bagi Buhun, shalat lima waktu tidak wajib bagi setiap individu dan hanya dikerjakan oleh para pemimpin, sebaliknya, melakukan ritual Buhun adalah suatu kewajiban.
Namun di satu sisi, masyarakat Kranggan pada masa lampau cukup menyegani KKBK, di antaranya dibuktikan dengan tersebarnya rumor larangan menawar barang dagangan saat berbelanja di Pasar Kranggan jika tidak mau terkena santet.
Seiring dengan perkembangan zaman, cara KKBK mempertahankan diri salah satunya adalah dengan tetap mempertahankan berbagai ritual seperti Babaritan, Muludan, dan Lebaran Kranggan.
Ada pula ritual sakral yaitu mandi pada dini hari di Sungai Cikeas pada waktu-waktu tertentu. Berbagai ritual tersebut dimanfaatkan sebagai sarana kaderisasi anggota dan calon pemimpin masa depan KKBK.
Dian menjelaskan, strategi Olot yang bertindak sebagai faktor integratif dan cultural hero dalam mempertahankan KKBK lewat payung politik menjadi tumpuan komunitas kebatinan ini dalam menghindari kepunahan.
Diceritakan Dian, salah satu tokoh Olot, yaitu Anim Imamuddin bahkan menjadi anggota DPRD Kota Bekasi dari F-PDI Perjuangan.
Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode historis, khususnya penelitian sejarah lisan dengan pendekatan ilmu sosiologi dan etnohistori.
Berdasarkan hasil ujian, panitia ujian promosi doktor mengumumkan kelulusan Dian Yasmina Fajri dengan yudisium sangat memuaskan.
Promotor Disertasi Dian yaitu Prof. Dr. Susanto Zuhdi dan Yon Machmudi, Ph.D. berharap penelitian ini dapat memberikan perspektif baru dalam konstruksi sejarah lokal, khususnya melalui pendekatan etnohistori.
“Studi ini diharapkan memberikan perspektif baru konstruksi sejarah lokal melalui etnohistori dan menambah khazanah tentang peziarahan Indonesia,” ungkap Prof. Dr. Susanto Zuhdi.
Menurut Dian, peluang KKBK dapat bertahan pada masa mendatang tergantung pada upaya yang dilakukan oleh pemimpin dan para penganutnya.
“Dengan masuknya pendidikan, pembangunan masjid dan dakwah Islam, Buhun dapat mengarah ke Islami dan tetap eksis. Akan tetapi, Buhun juga dapat punah jika hanya menjadi komoditas pariwisata oleh pemerintah,” tandas Dian.[ind]