SEPERTI apa nasihat harap-harap cemas Fudhail bin Iyadh? Fudhail merupakan seorang Tabiut tabi’in yang hidup pada abad 2 Hijriah, dan wafat pada tahun 803 Masehi, yakni pada era kekhalifahan Abbasiyah.
Baca Juga: Kisah Fudhail bin Iyadh, Perampok yang Bertaubat
Nasihat Harap-Harap Cemas Fudhail bin Iyadh
Dijelaskan dalam telegram Gen Saladin Channel, seorang guru mengisahkan fakta penting tentang beliau, bahwa dulunya ulama hebat ini dulunya adalah perampok, lalu bertaubat.
Kisah tentang inspirasi taubatnya Fudhail bin Iyadh diceritakan oleh Ibnu Asakir, “Dulu, Fudhail adalah seorang perampok yang suka mengganggu kafilah di antara kota Abiward dan Serakhs (dua-duanya kini bagian dari Negara Turkmenistan).”
Suatu malam, Fudhail berencana pergi merampok. Kemudian, ia pun bertemu sebuah kafilah yang sedang berdiskusi kepada yang lain.
“Janganlah kalian masuk ke desa itu, karena di depan kita terdapat perampok jahat bernama Fudhail!”
Mendengar itu, tetiba muncul rasa gemetar di hati sang Fudhail. Ia justru merasa takut karena menyadari bahwa keberadaannya malah menjadi mudharat bagi Kaum Muslimin.
Ia berpikir, ketika malam-malam ia giat melakukan kezaliman, sementara itu Kaum Muslimin hanyut dalam ketaatan.
Saat itulah ia berkata, “Wahai kafilah, aku inilah Fudhail, lewatlah kalian. Demi Allah, aku berjanji tidak mau lagi bermaksiat kepada Allah selama-lamanya!”
Tahukah kamu? Saat itu usia Fudhail 40 tahun.
Sejak itu Fudhail berubah drastis, menjadi muslim pembelajar bahkan di kemudian hari menjadi seorang ulama hebat yang mengajar ilmu pada tokoh sekelas Ibnu Mubarak, Al Ashma’i dan Sufyan bin Uyainah.
Di antara banyak ilmu Fudhail bin Iyadh, ada satu quote luarbiasa yang sangat kami ingat. Kamu mau tahu?
Pernah kan dengar istilah H2C? “Harap-harap Cemas”, ternyata konsep itu ideal dalam cara kita beribadah kepada Allah. Seimbang antara cemas dan harap. Atau bahasa arabnya, “khauf” dan “raja’.”
Tapi jika ditanya mana yang harusnya lebih dominan, Fudhai bin Iyadh memilih “cemas.”
Kata beliau, seorang hamba itu memang perlu dua sayap untuk meraih ridha dan cintanya Allah Azzawajalla. Namun beliau memberi rambu agar kita lebih hati-hati dan khusyu.
Kalau sedang dalam keadaan enak dan nyaman, maka kita perlu mengedepankan rasa cemas; agar kita tetap mawas.
Sedangkan di kala jatuh, kala sakit; kedepankan “harapan” pada Allah. Berharap musibah ini adalah cara Allah membuat kita naik kelas, sakit ini adalah anugerah Allah untuk menggugurkan dosa kita.
Itulah konsep harap-harap cemas yang diajarkan oleh Fudhail bin Iyadh rahimahullah…
[Cms]
t.me/gensaladin